Agen Intelijen Iran Tiba di Beirut, Ungkap Rencana Israel Bunuh Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah

TRIBUNNEWS.COM, Beirut – Iran telah memperingatkan kelompok militan Muslim Syiah Lebanon, Hizbullah, tentang kemungkinan rencana Israel untuk membunuh sekretaris jenderal gerakan tersebut, Sayyid Hassan Nasrallah.

Utusan Iran tiba di Beirut, Lebanon, tak lama setelah komandan unit Nasr Hizbullah Taleb Sami Abdullah dibunuh di Lebanon selatan, sebagaimana dikutip oleh MiddleEastMonitor.

Utusan tersebut bertemu dengan rekan dekat Nasrallah dalam pertemuan tertutup dan menyampaikan “kekhawatiran bersama Iran dengan Hizbullah bahwa Israel kini menjadi sasaran Nasrallah.”

Rencana Israel membunuh Hassan Nasrallah sebenarnya bukan hal baru.

Hassan Nasrallah dikatakan telah lama menjadi agen pengawasan negara Yahudi tersebut.

Namun, Tel Aviv diyakini sejauh ini “belum berani” mengambil tindakan karena khawatir respons Hizbullah akan melebihi ekspektasi mereka dan berujung pada perang terbuka di kawasan. Latihan militer Hizbullah pada hari Selasa

Kelompok Hizbullah Lebanon Selasa malam mengumumkan bahwa mereka akan menyerang dua sasaran militer di Israel utara sebagai tanggapan atas serangan Israel di Lebanon selatan.

Dalam sebuah pernyataan di akun Telegramnya, kelompok tersebut mengatakan bahwa pesawat tempurnya menargetkan pabrik industri militer Balasan di Sasa kibbutz Israel dengan rudal Flak.

Markas komando batalion Sehel di barak Beit Hillel juga dikabarkan diserang dengan roket Katyusha.

Hizbullah mengatakan serangan itu sebagai pembalasan atas serangan berulang-ulang Israel di daerah al-Bargaliya di utara Tirus.

Pesawat-pesawat tempur Israel menyerang al-Bargaliya tiga kali pada hari Selasa, menghantam satu kendaraan dan melukai delapan orang, kantor berita Lebanon NNA melaporkan.

TV Al-Mayadeen yang berbasis di Lebanon, yang terkenal karena kedekatannya dengan Hizbullah, mengatakan satu orang tewas dalam serangan itu.

Di hari yang sama, Hizbullah juga merilis video yang diambil oleh drone pengintai udara Hoopoe di wilayah pendudukan Palestina utara dan pelabuhan Haifa pada Selasa (18 Juni 2024).

Drone Hoopoe kembali ke Lebanon tanpa terdeteksi oleh pasukan pendudukan Israel.

Video berdurasi sembilan setengah menit itu memperlihatkan gambar posisi sensitif tentara Israel di Haifa.

Kapal tanker minyak dan energi terlihat di laut, ada juga pabrik kimia dan kapal perang angkatan laut serta pangkalan militer di kawasan tersebut.

Hizbullah mengatakan video itu direkam oleh drone Hizbullah yang mampu melewati sistem pertahanan udara musuh dan kembali tanpa terdeteksi.

Sementara itu, media Israel menyebut video yang dirilis Hizbullah lebih meresahkan dibandingkan video terbaru sejak dimulainya perang pada 8 Oktober 2023.

Media Israel melaporkan: “Dokumen-dokumen baru yang dirilis oleh Hizbullah Lebanon adalah yang paling meresahkan sejak dimulainya perang dan mengkhawatirkan Haifa.”

Ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel karena serangan lintas batas antara Hizbullah dan pasukan Israel ketika Tel Aviv melanjutkan serangan mematikannya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 37.300 orang sejak pembunuhan kelompok Palestina People is Dead pada Oktober lalu. . 

Akademisi dan pakar strategis Lebanon Ali Darbaz mengatakan kekuatan militer Hizbullah tidak dilaporkan.

Menurutnya, Hizbullah akan memperlihatkan senjata lamanya terlebih dahulu.

Strategi ini didasarkan pada kenyataan bahwa perlawanan Lebanon tidak mengungkapkan dan tidak akan segera mengungkapkan kemampuannya, karena pada awal pertempuran mereka hanya menggunakan rudal konvensional, ujarnya mengutip Al Quds.

Dia lebih lanjut berkata: “Setelah ini mereka memperkenalkan rudal baru seperti rudal Al-Falak dan Almas 3.”

Menurutnya, video pengawasan terbaru yang dirilis Hizbullah merupakan kejutan terbaru Israel.

“Ini bukan yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir,” ujarnya.

Dia mengatakan Hizbullah ingin mengirimkan pesan bahwa mereka mengetahui kehadiran militer Israel di perbatasan utara dari Kiryat Shmona hingga Haifa.

Artinya Hizbullah justru telah mengambil koordinat Israel dan menunggu perintah untuk menyasar sasaran militer Israel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *