Adopsi Teknologi Digital di Masyarakat Meningkat, tapi Digital Safety Sub-Indicator RI Masih Rendah

Laporan Jurnalis Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Masyarakat Indonesia kini lebih terbiasa berinteraksi dengan layanan digital dalam kehidupan sehari-hari seperti layanan perbankan hingga penggunaan teknologi kecerdasan buatan generatif (generative AI), misalnya menggunakan media sosial.

Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda mengatakan, tren ini menunjukkan masyarakat Indonesia bisa beradaptasi dan memanfaatkan teknologi dengan bijak.

Namun, ia juga menyoroti pentingnya pengetahuan digital, khususnya bagi pelajar. Keamanan data dan penggunaan Internet yang tepat harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan.

“Meski Indonesia memiliki infrastruktur yang cukup, namun masih terdapat kesenjangan digital, terutama di pedesaan. Tantangan ini harus diatasi agar semua siswa bisa mendapatkan pendidikan berkualitas melalui teknologi,” ujar Nailul Huda selaku pembicara di Barat. Dialog Forum Merdeka 9 (FMB9) bertema ‘Literasi Digital Menghadapi Kecerdasan Buatan’ digelar pada Senin (6/5/2024).

Berdasarkan pengumuman Kementerian Komunikasi dan Informatika, Sub-Indikator Keamanan Digital Indonesia masih memiliki nilai paling rendah dibandingkan negara tetangga.

Tahun 2018 baru 39 persen, Malaysia mencapai 90-92 persen, dan Singapura mencapai 100 persen.

Salah satu solusi untuk meningkatkan literasi digital adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Kurikulum pendidikan harus diperbarui untuk memenuhi kebutuhan era digital, dan guru harus dilatih untuk menggunakan dan menerapkan teknologi dalam proses belajar mengajar.

“Pemerintah juga harus berperan aktif dalam menyediakan infrastruktur digital yang memadai, seperti akses internet yang terjangkau dan berkualitas,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga harus memberikan dukungan kepada pelaku usaha, khususnya di pedesaan, untuk memanfaatkan teknologi digital dalam usahanya.

Sementara itu, Kepala Badan Mutu, Kurikulum, dan Evaluasi Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Anindito Aditomo menilai salah satu kunci utama pencapaian mutu dan keterampilan di era digital semakin meningkat. meningkatkan literasi siswa dan menggunakan teknologi pintar, termasuk kecerdasan buatan atau AI.

Menyikapi tantangan dan peluang tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan kurikulum mandiri yang menekankan pada pengembangan disiplin diri pada siswa.

“Harapannya prodi ini dapat membantunya belajar mandiri dan beradaptasi dengan situasi informal.” Hal ini penting untuk mempersiapkan siswa menghadapi penuh ketidakpastian di masa depan,” tuturnya.

Salah satu upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi adalah mengembalikan mata pelajaran ilmu komputer ke dalam kurikulum, mulai dari tingkat sekolah dasar. Namun berbeda dengan sebelumnya, pengalaman pembelajaran pada Kurikulum Merdeka tidak hanya mengenai pemanfaatan perangkat digital saja, namun juga menitikberatkan pada pengembangan pemikiran siswa.

“Program ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan di era digital, termasuk kemampuan berpikir komputasi dan pemecahan masalah,” tambah Anindito.

Anindito menambahkan, perannya adalah menerapkan beberapa kebijakan lain agar sesuai dengan keterampilan para pemimpin masa depan bangsa. Program-program tersebut antara lain Program Kampus Merdeka (MBKM), Belajar Mandiri dan Magang (MSIB), dan Magister Keguruan.

MBKM merupakan program di perguruan tinggi untuk menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Program ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar di luar program studinya, mengikuti magang dan melakukan studi mandiri.

Lebih dari satu juta pelajar telah berpartisipasi dalam program MSIB dan telah terbukti bahwa program ini dapat mengurangi waktu yang diharapkan untuk memperoleh gelar sarjana menjadi sekitar tiga bulan, dan hampir tiga kali lipat pendapatan mereka.

Sementara itu, program Magister Seni akan memberikan gambaran berbeda kepada pelajar dan mahasiswa tentang seni yang dibutuhkan saat ini. Jadi mereka bisa bersiap di pagi hari.

Tak hanya menggunakan kurikulum yang mampu beradaptasi dengan perkembangan saat ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi juga mengadopsi Program for International Student Assessment (PISA) sebagai salah satu sasarannya.

“Hal ini penting untuk bisa mengukur peningkatan kualitas sumber daya manusia kita terhadap kebaikan rakyat. Kemendikbud juga masuk dalam Human Capital Index untuk terus membidik tujuan pembangunan jangka panjang” jelasnya .

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *