Laporan reporter Tribunnews.com Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ibu hamil harus mewaspadai banyak hal selama hamil, termasuk risiko tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi tidak boleh dianggap remeh, karena jika tidak dikendalikan dapat memicu terjadinya preeklampsia.
Pre-eklamsia merupakan komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa ibu hamil dan janin.
“Kondisi preeklamsia diawali dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Perjalanan dari hipertensi menuju preeklamsia cukup panjang,” kata dokter spesialis kebidanan dan kandungan subspesialis fetomaternal Astrid Fransisca Padang dalam wawancaranya dengan media virtual. Jumat (25/10/2019). 2024).
Seorang ibu didiagnosis menderita preeklamsia jika tekanan darah ibu hamil berada di atas 140/90 mmHg dengan adanya protein dalam urin.
Ia juga menjelaskan penyebab preeklampsia.
Faktor risikonya adalah kehamilan pertama, kemudian kehamilan kembar atau lebih, jelasnya.
Faktor lainnya adalah adanya riwayat preeklampsia sebelumnya.
Atau Anda memiliki penyakit sebelum hamil seperti diabetes.
Anda memiliki penyakit genetik seperti lupus atau penyakit ginjal.
Ibu hamil juga berisiko setelah menginjak usia 35 tahun.
Dan terakhir, ada pasien yang indeks massa tubuhnya lebih dari 30 (obesitas). Jadi bisa berbahaya, ujarnya.
Selain itu, Dr. Astrid berbagi tanda-tanda yang harus diwaspadai.
Tanda-tandanya, ibu hamil mulai mengeluh, penglihatannya mulai keruh atau buram, lalu serangan jantung, lalu sakit kepala, tambahnya.
Gejala-gejala di atas biasanya merupakan tanda bahwa tekanan darah tinggi akan berubah menjadi preeklampsia.
Mulai dari preeklampsia hingga eklampsia. Sedangkan eklampsia adalah preeklamsia yang berubah menjadi kejang pada ibu hamil.
Ayah harus waspada jika ibu mempunyai keluhan seperti itu, segera bawa ke rumah sakit atau kembalikan ke dokter,” tutupnya.