Rusia Tuding AS Bertanggung Jawab Atas Memburuknya Situasi di Timur Tengah

TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh Washington bertanggung jawab atas memburuknya situasi di Timur Tengah secara signifikan.

Dalam pengarahan hariannya kemarin, Zakharova mengatakan bahwa Rusia menganggap resolusi Palestina sebagai pilar fundamental perdamaian di Timur Tengah.

“Warga Amerika Serikat sangat prihatin dengan memburuknya situasi di Timur Tengah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova seperti dikutip Middle East Monitor.

Zakharova menambahkan bahwa Moskow sangat khawatir dengan gelombang penyebaran berbahaya lainnya di Timur Tengah.

Menurut Kremlin, selama hampir satu tahun, AS telah menghalangi jalannya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tuntutan yang jelas untuk mengakhiri permusuhan di Jalur Gaza dan memberikan syarat bantuan kemanusiaan kepada penduduknya.

“Kami sudah sering memperingatkan bahwa banyaknya krisis di belahan dunia ini, terutama krisis Palestina-Israel, berpotensi mengarah pada situasi eskalasi yang lebih luas,” kata diplomat tersebut dalam konferensi pers yang dikutip TASS. .

Presiden Joe Biden yang berusia 48 tahun menyebut upaya pemerintah di kawasan itu sebagai “kegagalan total.”

Mengomentari pembalasan Iran atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, Zakharova mengatakan melalui Telegram bahwa pernyataan terbaru Gedung Putih mengenai masalah tersebut “menunjukkan ketidakmampuan total dalam menangani krisis ini.”

“Kegagalan total pemerintahan Biden di Timur Tengah. Drama berdarah yang semakin memanas”

“Pernyataan Gedung Putih yang tidak pasti menunjukkan kelemahannya dalam menyelesaikan krisis. Upaya (Menteri Luar Negeri Anthony) Blinken telah menewaskan ribuan orang dan menciptakan jalan buntu,” tulisnya.

Sebelumnya pada hari ini, Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel pada Selasa (1/10/2024) dan semuanya menargetkan infrastruktur militer Israel.

Delegasi resmi Rusia yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Dmitry Chernyshenko harus kembali ke Qatar karena serangan Iran.

Chernyshenko bermaksud menghadiri KTT Dialog Kerja Sama Asia Ketiga di Doha pada 2-3 Oktober.

Saat Iran mendekat, awak pesawat diberitahu bahwa karena penutupan wilayah udara umum, pesawat akan dialihkan dan dialihkan ke kota Mineralnye Vody di Rusia.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *