Seperti dilansir jurnalis Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Menhub Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengaku Kementerian Perhubungan hampir tidak pernah mengeluhkan anggaran yang diberikan hibah Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Menurut Menteri Perhubungan Budi, setiap tahunnya Kementerian Perhubungan menerima 30% dari pagu anggaran yang diberikan Kementerian Keuangan. Meski melakukan langkah penghematan, Menteri Perhubungan Budi mengatakan dari anggaran tersebut, Kementerian Perhubungan sebenarnya sudah menetapkan prioritas program yang akan dilaksanakan.
“Kami Kementerian Perhubungan tidak pernah menggugat Sri Mulyani. Kami tahu Sri Mulyani kesulitan mengurus ini. Jadi kami prioritaskan pada apa yang sudah dilakukan saat ini.” Transport Budi Karya saat konferensi pers capaian 10 tahun penyelenggaraan infrastruktur transportasi Pemerintahan Jokowi di Kementerian Perhubungan Jakarta, Selasa (10 Januari 2024).
Budi, Menteri Perhubungan, mengatakan pihaknya menggunakan “program pembiayaan inovatif” atau “pembiayaan inovatif yang didukung modal dalam dan luar negeri”. Melalui proyek ini, pengembangan yang diminati masyarakat saat ini adalah kereta berkecepatan tinggi Whoosh.
“Bagaimana kita bisa mendapatkan pembiayaan dari dalam ke luar? Jadi pembiayaannya di luar APBN. Jadi kita tunjukkan jalan dari Korea ke Jepang,” tuturnya.
“Tetapi belakangan ini juga sampai ke UEA, Arab Saudi, dan Jerman. Dan itu menjadi nama metro. Jadi menjadi nama kereta berkecepatan tinggi,” tegasnya.
Lebih lanjut, Menteri Perhubungan Budi mengatakan untuk meningkatkan anggaran Kementeriannya, proyek-proyek birokrasi terus digalakkan melalui pengumpulan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tidak Kena Pajak (PNBP).
Dia melanjutkan: “Apa lagi? Memiliki proyek adalah kapasitas birokrasi yang berpedoman pada undang-undang. Salah satunya disebut PNBP, penerimaan negara tidak kena pajak.
“Nah, kalau kita mau tidur nyenyak atau tidak mau kerja, kita tidak perlu memikirkan yang namanya PNBP, tapi betul guys, keberhasilan 10 tahun lalu hanya Rp 1 triliun.