Lebanon Hadapi Peningkatan Kasus Kolera di Tengah Konflik

Koresponden TribuneNews24.com Ayesha Nursamsi melaporkan

Tribunenews.com, Jakarta – Di tengah bayang-bayang konflik yang berkepanjangan, Lebanon menghadapi ancaman baru yang menakutkan atas nama meningkatnya kasus kolera.

Kementerian Kesehatan Masyarakat Lebanon telah mengkonfirmasi bahwa kasus kolera telah ditemukan di provinsi Acre di bagian utara negara itu, yang menunjukkan meningkatnya kekhawatiran di tengah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung. Meningkatnya kasus kolera dan dampak konflik

Sejak wabah kolera diumumkan di Lebanon pada akhir tahun 2022 dan pertengahan tahun 2023, kemunculan kasus-kasus baru ini menunjukkan betapa rapuhnya sistem kesehatan Lebanon.

“Situasi ini diperparah dengan adanya pengungsian yang menambah beban layanan kesehatan yang sudah tertekan,” kata Dr.

Abdinassir Abubakar, Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Lebanon, menyampaikan pernyataan pada 18 Oktober 2024.

Dengan terdeteksinya kasus pertama, para pejabat kini melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengetahui wabah kolera, termasuk mengambil sampel dari kontak pasien dan menilai kemungkinan kontaminasi air. Bahaya kebersihan dan kesehatan

WHO telah memperingatkan bahwa status Lebanon yang miskin dan akses yang tidak memadai terhadap air bersih rentan terhadap masuknya penyakit menular baru.

“Fokus utama kami saat ini adalah meningkatkan pengawasan dan kondisi sanitasi air untuk mencegah infeksi dan mencegah penyebaran lebih lanjut,” kata Dr.

Abu Bakar

Kondisi tempat penampungan pengungsi yang sempit dan tidak sesuai meningkatkan kemungkinan wabah kolera.

Meningkatnya jumlah pengungsi menambah beban infrastruktur yang sudah rapuh.

Selama wabah terakhir terdapat lebih dari 8000 kasus dugaan kolera, 671 kasus terkonfirmasi, dan 23 kematian tragis akibat penyakit tersebut. Tindakan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan

Menanggapi situasi ini, WHO mengaktifkan rencana kesiapsiagaan dan respons kolera yang bertujuan untuk memperkuat pengawasan dan pelacakan kontak.

Hal ini mencakup pemantauan lingkungan, pengambilan sampel air, serta kemampuan pengujian laboratorium.

Melalui bantuan ini, WHO berupaya mendukung tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pusat kesehatan yang ditunjuk.

“Pelajaran dari wabah sebelumnya sangat berharga. Kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan mitra lainnya untuk mengatasi wabah ini,” kata Dr. Abu Bakar

Situasi saat ini di Lebanon bukan hanya merupakan tantangan kesehatan masyarakat, namun juga merupakan keprihatinan mendalam bagi umat manusia secara keseluruhan.

Situasi ini mengingatkan kita bahwa banyak negara sedang terlibat konflik.

Kemanusiaan sering kali menghadapi tantangan yang tidak terduga, dan inilah saatnya bagi kita semua untuk bersatu dan peduli terhadap kelompok yang paling rentan di tengah pandemi dan perang. Konten ini ditingkatkan menggunakan Artificial Intelligence (AI).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *