Golkar Bantah Penambahan Jumlah Kementerian Prabowo-Gibran untuk Bagi-bagi Kursi Kekuasaan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Jumlah kementerian di kabinet pemerintahan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka bakal bertambah.

Noordin Khalid, politikus senior Partai Golkar, mengatakan kenaikan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan bangsa dan bukan untuk memecah belah kursi kekuasaan.

“Jadi kalau kita melihat permasalahan bangsa saat ini, baik internal maupun eksternal, maka kalau presiden terpilih punya ide menambah jumlah kabinet lalu membagi kementerian lagi, itu ide yang sangat visioner. bangsa saat ini dan di masa depan,” ujarnya Nurdin Khalid dikutip dari Kompas.TV, Jumat (27 September 2024).

Menurutnya, bertambahnya jumlah kementerian menunjukkan bahwa Prabowo sebagai presiden terpilih sangat memahami anatomi Indonesia.

Oleh karena itu, pembagian kementerian tidak lain adalah konsentrasi. Kalau beberapa kementerian bersatu, tidak terpusat, katanya.

Nurdin juga membantah penambahan jumlah kementerian merupakan sarana pembagian kursi, mengingat pemerintahan baru Prabowo akan didukung oleh koalisi besar.

“Ini sama sekali bukan soal berbagi kursi. Walaupun ini koalisi yang hebat, tapi kalau berbagi kursi, tidak boleh jadi menteri. Banyak posisi yang bisa dibagi.”

“Tapi ini bukan kepentingan. Ini kepentingan bangsa saat ini dan besok serta tantangan internal dan eksternal. Dan Pak Prabovo sangat ingin fokus memenuhi janji-janji pemilu serta visi dan misinya,” tegas Nurdin. .

Tekankan pembagian kekuasaan

Sebelumnya, Peneliti Formapp Lucius Carus menegaskan, pembahasan penambahan jumlah menteri di pemerintahan Prabowo-Gibran tidak ada hubungannya dengan perbaikan pekerjaan, karena semakin banyak bidang pekerjaan yang diselesaikan.

Menurut Lucius, hal itu semata-mata karena cara mendistribusikan kekuasaan.

“Saya kira pembicaraan Presiden Prabowo yang ingin menambah jumlah kursi kabinet menunjukkan betapa Pak Prabowo ingin menjamin masuknya kelompok kepentingan atau partai politik ke dalam kabinet karena partai politiknya banyak sekali, sedangkan kursi menteri terbatas. jadi ada atau sedang dibicarakan penambahan jumlah kursi di kabinet,” kata Lucius di Kantor Formapi, Jakarta, Senin (13/5/2024).

Lucius menilai proses rekrutmen jabatan di kabinet akan sangat tertutup karena merupakan hak prerogratif presiden.

Namun, melanjutkan pidatonya, Lucius mengatakan, penyusunan kabinet mencerminkan adanya lobi di kalangan partai politik.

Kemungkinan besar hal itu akan terjadi pada pelantikan presiden pada Oktober 2024.

Makanya kita tidak bisa membaca petanya, yang komposisi menterinya sedikit tidak pasti, karena kita tahu banyak partai yang tergabung dalam Prabowo-Gibran, tapi bahkan tidak mendapat tempat di kursi. Parlemen, apa yang akan terjadi pada mereka, apakah mereka layak mendapat kursi kabinet atau tidak, saya kira mereka tetap diharapkan melobi presiden dan mendukung partai,” kata Lucius.

Seperti diketahui, presiden terpilih Prabowo Subianto akan menambah jumlah kementerian menjadi lebih dari 40 kementerian.

 Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiborokhman mengatakan, jika ke depannya Prabovo menambah jumlah kementerian, tidak ada masalah.

Karena Indonesia adalah negara yang besar dan juga mempunyai tujuan dan cita-cita yang besar.

“Jadi kalau memang ingin menarik banyak orang, menurut saya tidak ada masalah. Malah bagi saya, lebih banyak lebih baik,” kata Habiborohman di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (6/1). 5/2024).

Sumber: Tribunnews.com/Kompas.TV

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *