Jurnalis Tribunnews.com Nitis Hawaroh melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan rencana pemerintah mengenai tunjangan wisatawan melalui tiket pesawat diperkirakan akan memukul daya beli konsumen penerbangan.
Pengurus Harian YLKI Agus Sujatno mengatakan, pungutan wisata melalui tiket pesawat jelas akan menambah beban harga penerbangan. Apalagi saat ini harga pesawat sedang mahal.
“Pemungutan retribusi pariwisata ini juga akan berdampak pada daya beli konsumen penerbangan. Dampaknya juga akan berakibat fatal bagi industri penerbangan yang kini sedang berusaha pulih dari pandemi,” kata Agus saat dihubungi Tribunnews, Kamis (25/1). 2019) 4/). 2024).
Agus juga menyebut tarif wisata ini merupakan kebijakan yang tidak kreatif. Apalagi pengumpulan dana untuk dana abadi pariwisata justru dilakukan oleh konsumen penerbangan. Sementara itu, tidak semua konsumen melakukan penerbangan untuk tujuan wisata.
Oleh karena itu, YLKI menilai pemungutan retribusi wisatawan tidak jelas bahkan berpotensi menimbulkan penyalahgunaan.
“YLKI melihat uang yang dipungut dari retribusi pariwisata masih belum transparan siapa/lembaga mana yang mengelolanya, serta kejelasan alokasi dan penggunaannya. Termasuk manfaat apa yang didapat konsumen dari retribusi tersebut. kasar,” jelasnya.
Selain itu, Agus menyatakan rencana politik tersebut juga kontraproduktif, khususnya dalam pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, dia menilai rencana kontribusi pariwisata tersebut harus dikaji ulang.
“Tampaknya rencana pemungutan iuran Dana Pariwisata Indonesia patut dievaluasi, bahkan ditolak,” tegasnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Odo R.M. Manuhutu mengaku pemerintah tengah menyusun rancangan peraturan pemerintah (RPP) terkait kualitas dana abadi pariwisata.
“Rancangan ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem pariwisata yang berkualitas berdasarkan empat pilar, yaitu daya saing infrastruktur dasar, pengelolaan pariwisata berkelanjutan, destinasi unik, dan jasa pariwisata yang bernilai,” kata Odo, Selasa (23/4/2024).
Dalam hal pariwisata berkualitas, penyesuaian pesawat merupakan isu penting. Selain tiket pesawat, aspek lain yang disasar adalah diskon tarif tol, integrasi paket perjalanan wisata dan kereta api, serta sistem penyelenggaraan acara berbasis online single submission (OSS).
Terkait harga tiket pesawat yang kini dikeluhkannya terlalu mahal, Odo menjelaskan hal tersebut dengan menjelaskan unsur-unsur yang mempengaruhi harga tersebut. Odo mengatakan 72 persen biaya tiket pesawat diperoleh dari berbagai komponen, yaitu bahan bakar penerbangan (35 persen), overhaul dan perawatan pesawat – termasuk impor suku cadang (16 persen), sewa pesawat (14 persen) dan premi pesawat (7 persen).