Reboisasi dan Restorasi Lahan Kritis DAS Citarum Diperluas dari 10 Juta Jadi 20 Juta Pohon

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penanaman kembali dan rehabilitasi kawasan kritis Daerah Aliran Sungai (DAS) Sitarum akan diperluas dari 10 juta menjadi 20 juta pohon.

Perluasan tersebut diperkuat dengan penandatanganan nota kesepahaman terkini antara AstraZeneca Indonesia (AZI) dan Kementerian Kelautan dan Investasi RI.

Esra Erkomai, Presiden AstraZeneca Indonesia, menjelaskan kemitraan ini merupakan langkah penting dalam upaya bersama perusahaan untuk mendukung penghijauan, keanekaragaman hayati, penghidupan berkelanjutan, dan perlindungan sumber daya air melalui program AZ Forest.

Perubahan iklim telah meningkatkan suhu dan memperburuk kualitas udara, menjadikan Indonesia negara paling tercemar ke-14 di dunia, yang menjelaskan mengapa Jakarta sudah menderita polusi udara tingkat berbahaya yang mempengaruhi kesehatan pernapasan seperti pneumonia, asma, tuberkulosis, dan kanker paru-paru. , penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Pada saat yang sama, sektor layanan kesehatan berkontribusi terhadap perubahan iklim dan bertanggung jawab atas sekitar 5% emisi gas rumah kaca global, sehingga penting bagi semua pihak yang terlibat dalam layanan kesehatan untuk mengembangkan solusi yang berkelanjutan.

“Iklim ekstrem berdampak besar pada penyebaran dan penyebaran penyakit dan berdampak langsung pada kesehatan manusia. “AstraZeneca mengambil langkah nyata untuk mengatasi krisis iklim dan alam yang kita hadapi karena kami menyadari adanya hubungan erat antara kesehatan manusia dan planet kita,” kata Esra Ercomai (21/1/2024).

Melalui program Ambition Zero Carbon yang berbasis sains, pihaknya mengurangi emisi gas rumah kaca di seluruh rantai nilai.

Selain itu, perusahaan akan menanam dan merawat 200 juta pohon di enam benua pada tahun 2030 melalui program AZ Forest senilai $400 juta untuk memulihkan hutan dan alam, mendukung keanekaragaman hayati, dan mendukung penghidupan berkelanjutan.

“Saya mengunjungi lokasi AZ Forest tahun lalu dan terkesan dengan bagaimana program ini, yang tidak hanya menanam jutaan pohon, namun juga mengajarkan ribuan petani pengetahuan dan keterampilan praktik pertanian berkelanjutan, telah membantu melindungi lingkungan selama beberapa generasi. Kontan mengutip Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Sungai Citarum memiliki panjang 297 km dari sumbernya di Sisanti (Kabupaten Bandung) hingga Muara Gembong di Bekasi.

Sungai ini disebut-sebut sebagai salah satu perairan paling tercemar di dunia karena limbah industri telah terkontaminasi bahan kimia dan logam, serta limbah tersebut menghalangi aliran sungai.

“Saya sangat berterima kasih atas dukungan dan kemitraan AstraZeneca dalam membantu menjaga DAS Sitarum di sekitar Danau Toba dengan menanam 20 juta pohon dan 500.000 pohon. Model kerjasama yang baik ini dapat diikuti oleh perusahaan lain. “Pohon yang kita tanam harus tumbuh dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat,” tegas Menko Luhut.

Pada tahun 2020, perusahaan mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani nota kesepahaman pertamanya dengan pemerintah Indonesia, sebuah kemitraan publik-swasta untuk memulihkan kawasan penting dan keanekaragaman hayati di DAS Sitarum. Indonesia merupakan salah satu negara pertama yang meluncurkan program AZ Forest.

Esra juga menambahkan, “Saya mengapresiasi komitmen dan upaya pemerintah Indonesia dalam memerangi perubahan iklim dan hilangnya alam melalui penghijauan dan konservasi alam.

Sebagai mitra terpercaya pemerintah yang berkomitmen terhadap layanan kesehatan berkelanjutan, kami bangga dengan dampak AZ Forest terhadap lingkungan dan komunitas pertanian di sekitarnya.”

“Dalam nota kesepahaman yang direvisi ini, program AZ Forest bertujuan untuk memperluas rencana penanaman pohon menjadi 20 juta pohon di kawasan kritis DAS Sitarum, memperkuat komitmen dan posisi AstraZeneca dalam layanan kesehatan berkelanjutan, dan mendukung percepatan kegiatan restorasi DAS Citarum.

“Kami akan terus bekerja sama dengan kementerian dalam studi kelayakan untuk memahami kerangka hukum dan persyaratan proyek karbon sebagai upaya memperkuat ekosistem berkelanjutan,” jelas Esra.

Nani Hendriati, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hutan, mengatakan Keputusan Presiden Nomor 08 Tahun 2018 tertanggal 1 Januari 2013. 15. 2018. Manajemen krisis Citarum menjadi lebih efektif.

“Banyak aspek dari 13 kabupaten dan kota dengan jumlah penduduk 18 juta jiwa terlibat dalam perbaikan kondisi Sungai Citarum. Namun hal ini tidak akan berhasil tanpa kerja sama seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, termasuk AstraZeneca.

Oleh karena itu, Menko Luhut mengapresiasi peran AstraZeneca dalam implementasi Program Pencegahan dan Pengurangan Dampak Buruk Citarum DAS (PPK Citarum DAS) yang melakukan evaluasi keberhasilan konsep pentahelix Citarum Harum pada forum internasional COP26 di Glasgow 2021.

“Konsep pentahelix meningkatkan koordinasi dan kerja sama. Dulu, berbagai institusi dan perusahaan beroperasi secara terpisah dan terlalu mementingkan sektoral,” pungkas Deputi Nani. (oln/kntn/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *