TRIBUNNEWS.COM – Dua warga negara Iran dilaporkan menjadi pelaku pembunuhan Ismail Haniyeh.
Kedua warga Iran tersebut adalah anggota unit keamanan Ansar al-Mahdi dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang direkrut oleh agen mata-mata Israel, Mossad.
Kedua anggota IRGC tersebut dilaporkan menempatkan dua alat peledak di bawah tempat tidur pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Unit keamanan Ansar al-Mahdi dikenal sebagai kelompok yang bertanggung jawab melindungi Wisma Teheran dan para tamunya, menurut Jewish Chronicle.
Disebutkan pula, pergerakan kedua warga negara Iran tersebut terekam melalui video CCTV.
Mereka bergerak diam-diam, menyembunyikan bahan peledak di kamar Yahya Sinwar.
“Orang-orang Iran mengetahui hal ini sendiri setelah pembunuhan tersebut, ketika pada hari pembunuhan itu rekaman kamera keamanan menunjukkan para penjaga bergerak diam-diam menyusuri koridor menuju kamar di mana Haniya berencana untuk menginap, membuka pintu dengan kunci dan masuk ke dalam kamar,” kata laporan itu.
Tiga menit kemudian, dua warga Iran yang diyakini pelaku keluar dari ruangan.
Penjaga parkir mengenali mereka dan membuka pintu tanpa penyelidikan apa pun, dikutip Anadolu Agency.
“Dan satu jam kemudian mereka dievakuasi dari Iran oleh Mossad,” kata penjaga itu.
Setelah memutuskan untuk melanjutkan pembunuhan Haniyeh, Mossad mencari saat yang tepat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Dan kemudian Haniya menerima undangan ke Teheran untuk pelantikan presiden baru Iran, Massoud Pezeshkian.
“Mossad, dengan bantuan Unit Intelijen 8200 (unit IDF yang bertanggung jawab atas operasi rahasia), menyadap percakapan telepon antara penyelenggara pembukaan dan para tamu undangan.
“Ketika Haniya mengkonfirmasi kedatangannya, Mossad mulai melaksanakan rencananya; mengeluarkan Haniya dari wisma tempat dia biasanya menginap selama kunjungannya ke Teheran,” katanya. Houthi Yaman akan membalas dendam setelah pembunuhan Ismail Haniya
Kelompok Houthi Yaman telah menekankan bahwa mereka akan membalas dendam terhadap Israel setelah kematian Ismail Haniya.
Hal tersebut disampaikan Sayed Abdul Malik al-Houthi, pemimpin kelompok Ansarallah Yaman, Kamis (1/8/2024).
Dia mengatakan pembunuhan Haniya oleh Israel meningkatkan konflik (di Timur Tengah) ke tingkat yang lebih luas.
Al-Houthi menekankan bahwa akan ada konsekuensi yang mengerikan bagi Tel Aviv.
“Keterlibatan musuh kriminal (Zionis Israel) dalam mengincar syahid (Hania) meningkatkan konflik ke cakupan yang lebih luas dan skala yang lebih besar,” ujarnya, seperti dilansir Palestine Chronicle.
“Dan konsekuensinya akan sangat buruk bagi musuh,” lanjutnya dalam pidato yang disiarkan di Al-Masira TV.
Kelompok Houthi bersikukuh bahwa tidak akan ada upaya pembalasan terhadap Israel.
“Kami berjuang tanpa henti, dengan izin Allah dan bekerja sama dengan saudara-saudara kami di Poros Perlawanan, untuk membalas kemartiran dan semua kesyahidan serta ketidakadilan yang diderita rakyat Palestina,” katanya. Iran sedang mempersiapkan operasi khusus untuk menghukum Israel
Sebelumnya, Iran berduka atas meninggalnya Ismail Haniya pada Rabu (31/7/2024).
Iran juga mendapat kecaman karena mengatakan Zionis Israel adalah dalang pembunuhan Haniya.
Operasi khusus untuk “balas dendam” terhadap Israel juga disiapkan.
“Respon terhadap pembunuhan (Haniya) sebenarnya adalah operasi khusus yang lebih kejam,” demikian pernyataan Iran yang dimuat di X, seperti dikutip Al Jazeera.
Operasi khusus ini dimaksudkan untuk menimbulkan penyesalan besar di pihak Israel.
Presiden Iran berjanji bahwa Israel akan menyesali tindakan pengecutnya, sebagaimana Pemimpin Tertinggi Khamenei mengatakan balas dendam atas pembunuhan Haniya adalah tugas Teheran.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)