Megawati Minta Pemilu Pakai Proporsional Tertutup, Bamsoet Bicara Sistem Kombinasi

Laporan reporter Tribunnews.com Chaerul Umam

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Indonesia dan Wakil Ketua Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) bereaksi terhadap pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang Ingin menutup sistem pemilihan umum proporsional (Pemilu) atau pemilihan partai politik (parpol) yang dilaksanakan.

Menurut Bamsuet, permintaan tersebut bukanlah hal baru. Namun hal itu sejak ia menjadi Ketua DPR RI periode 2014-2019.

“Sebenarnya sejak saya masuk DPR dan kemudian menjadi Ketua DPR, persoalan kembali ke sistem pemilu yang sesuai jati diri bangsa semakin menguat, namun faktanya kita belum bisa kembali. ke sistem tertutup,” kata Bamsoet di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. , Rabu (31/7/2024).

Kemudian Bamsoet mengungkapkan, saat menjadi Ketua DPR, ia memulai sistem kombinasi.

Sistem kombinasi ini, lanjut Bamsaet, hingga membuka peluang bagi partai politik terbaik untuk menjadi anggota DPR.

Berbeda dengan sistem tarif terbuka yang banyak terdapat politik komersial.

“Banyak sekali anak-anak muda kemarin sore yang muncul di kancah politik karena karungnya sudah cukup. (Sementara) mereka yang sudah berpuluh-puluh tahun melakukan pertempuran berdarah harus disingkirkan,” ujarnya.

“Nah, usulan setengah tertutup dan setengah terbuka di Jerman memang memberikan peluang bagi partai-partai untuk mendapatkan partai terbaiknya ketika tidak ada seorang pun di daerah pemilihan yang memenuhi nomor kolom,” lanjutnya.

Bamsoet melanjutkan, saat ini Indonesia terjebak dalam demokrasi komersial.

Maka untuk mengubah sistem pemilu, partai politik di parlemen perlu mencapai kesepakatan.

“Usulan Bu Mega ini bukan usulan baru menurut saya, ini juga keinginan lama partai, tinggal bagaimana kita membentuknya. Terakhir, kita coba sistem kombinasi yang dilakukan anggota partai yang berjuang keras. Untuk pihak mereka bisa menyetujuinya,” tutupnya.

Sebelumnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan wacana penerapan sistem pemungutan suara proporsional tertutup atau memilih partai politik (Parpol).

Megawati meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat tidak menggunakan sistem pemungutan suara proporsional terbuka yang selama ini diterapkan.

Sebab, calon legislatif (caleg) yang muncul dari sistem perwakilan proporsional terbuka terkadang tidak memiliki kapasitas.

“Untuk apa? Menurut saya, yang dilakukan itu tidak jelas, bukan perintah partai,” kata Megawati saat berbicara pada hari kedua Konferensi Kerja Nasional (Mukernas) Perindo 2024 di iNews Tower, Jakarta, Selasa (30/30). ) 7/2024).

Menurut Megawati, calon legislatif peringkat terakhir bisa memenangkan persaingan.

Intinya dengan sistem ini, yang punya uang banyak biarlah angkanya bilang 6 atau 8, kalau punya uang, kalau punya, bisa menang, katanya. Presiden kelima sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, geram dengan pemanggilan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Cristianto oleh petugas polisi baru-baru ini. (Tribunnews.com/Fersianus Waku)

Presiden kelima RI ini tak ingin legislator kurang berkualitas karena menggunakan sistem proporsional terbuka.

“Seharusnya kami yang didahulukan, tapi kami tidak melakukannya,” kata Megawati.

Oleh karena itu, Megawati meminta semua pihak membahas kembali sistem pemilu di Indonesia.

“Jadi adik-adik, kalau dipikir-pikir begini, tidak hanya harus ada, harus berkualitas, bagaimana kita bisa mengatakan mendesak sekali soal republik kalau kualitasnya seperti ini,” ujarnya. Ditambahkan.

Sebelumnya, pada Kamis 15/6/2023, Mahkamah Konstitusi (MC) mengajukan perkara perubahan pemilu legislatif menjadi proporsional tertutup.

Artinya, sistem pemilu tetap menggunakan daftar calon proporsional terbuka seperti yang berlaku sejak tahun 2004.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *