Dilansir Abdi Rayanda Shakti, reporter Tribunnews.
TRIBUNNEWS.COM, Jakarta – Makam Afif Maulana (13 tahun) digali atau dibongkar di Padang. Sumatera Barat Pada Kamis pagi (8/8/2024)
Jenazah digali untuk mengetahui penyebab pasti kematian Afif melalui autopsi.
Afif sebelumnya diduga tewas setelah diserang polisi.
Dalam penggalian ini Turut hadir Kompol Suharyono beserta keluarga Afif, LBH Padang, Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Dewan Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Kombulnas dan Komnas Ham.
Suharyono dalam keterangannya, Kamis (8/8/2024), mengatakan, “Puji Tuhan. Proses penggalian tahap pertama hari ini berjalan lancar sesuai rencana.”
Suharyono menegaskan, proses penggalian tidak melibatkan Departemen Kedokteran dan Kesehatan (DOX) Kepolisian Kerajaan Thailand.
Dia menambahkan: “Kami serahkan masalah ini pada ahlinya. Karena semua yang terlibat dengannya adalah dokter profesional. Kami tegaskan kembali bahwa proses penggalian ini tidak dilakukan oleh dokter Kepolisian Kerajaan Thailand.”
Di sisi lain, Suharyono menegaskan, proses penanganan kasus Afif sudah berjalan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.
Suharyono mengatakan, pihaknya telah memeriksa 48 saksi untuk menjelaskan permasalahan tersebut.
“Kami sebagai petugas polisi Dan saya, sebagai kepala investigasi Kami akan terus memantau penerapan aturan tersebut,” ujarnya seraya menambahkan bahwa pihak keluarga khawatir barang bukti akan hilang.
Keluarga korban Afif Maulana khawatir barang bukti akan hilang jika jenazah Afif tidak digali.
“Tentang penggalian. Kami sekeluarga berharap bisa menyelesaikannya secepat mungkin. Karena ini sudah dua bulan. (Sejak meninggalnya Afif) kami khawatir kondisi (jenazah) dan barang bukti yang ditemukan di dalamnya akan terpengaruh, kata Avernaldi di kantor Kontras Jakarta, Selasa 6/8/2024, jenazah Afif akan hilang.
Tak hanya itu, Avernaldi juga berharap bisa menggali kembali jenazah putranya.
Keluarga dan perwakilan hukum meninjau prosedur tersebut dengan dokter independen.
“Sehingga (dokter independen) bisa menjelaskannya kepada kami. Dan kami percaya dengan penjelasan ini,” jelasnya.
Avernaldi melanjutkan, saat Afif diotopsi, pihak keluarga dilarang menemuinya.
Ia berkata: “Kami ditipu dan hanya mendapat selembar kertas kosong. Oleh karena itu, kami berharap dokter yang menggali jenazah itu dapat dipercaya dan bebas dari campur tangan orang lain.”