Jepang Pecat Ratusan Pejabat Pertahanan di Tengah Memanasnya Perang Wilayah Asia

Laporan Namira Yunia, jurnalis Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Pemerintah Jepang memecat sejumlah pejabat pertahanan di tengah skandal penanganan informasi sensitif.

Menteri Pertahanan Jepang Kihara Minoru minggu ini memberikan sanksi kepada setidaknya 218 anggota Pasukan Bela Diri dan pejabat senior karena kesalahan penanganan informasi rahasia dan dugaan penyalahgunaan kekuasaan antara tahun 2017 dan 2022, menurut laporan dari media lokal Kyodo yang dikutip oleh The Star. .

Perilaku tersebut terungkap dalam penyelidikan kementerian khusus terhadap berbagai bentuk pelecehan di seluruh unit FDS antara September 2022 hingga Agustus 2023, menyusul kasus pelecehan seksual tingkat tinggi yang melibatkan mantan anggota Pasukan Bela Diri Negara, Rina Gonoi.

Akibat permasalahan tersebut, pemerintah Jepang terpaksa mengubah pendiriannya dengan mengganti Kepala Staf Pasukan Bela Diri Maritim Laksamana Sakai Ryo pada 19 Juli.

Selain melakukan PHK massal, Kementerian Pertahanan Jepang juga menurunkan dua pejabat senior lainnya, memecat 83 PNS dan memotong gaji 14 orang, serta tujuh orang lainnya mendapat surat peringatan.

Kementerian Pertahanan Jepang berharap dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi pemerintah.

Pembantaian ini terjadi di tengah perang sengit di kawasan Asia, ketika militer Korea Utara berkali-kali melakukan uji coba rudal nuklir ke arah Jepang.

Selain itu, Pyongyang juga telah menembakkan rudal balistik jarak pendek dalam jangkauan beberapa kota besar di Jepang.

Korea Utara mengatakan uji coba rudal tersebut dilakukan untuk memeriksa stabilitas penerbangan, namun pemerintah Jepang memandang aktivitas tersebut sebagai ancaman yang membahayakan kedaulatan jutaan warga Jepang.

Menghadapi meningkatnya serangan dari Korea Utara, Jepang kini memperkuat kekuatan pertahanannya untuk menghadapi ancaman geopolitik yang semakin meningkat.

Pemerintah Jepang telah menyetujui anggaran $273 miliar untuk meningkatkan jumlah rudal dan jet tempur selama lima tahun hingga tahun 2028.

Laporan tersebut dirilis saat Kishida menghadiri pertemuan puncak NATO dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *