Hashim Jelaskan Alasan Prabowo Ingin Hidupkan Lagi Kementerian Perumahan

Laporan reporter Tribunnews.com Danang Triatmojo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Perumahan Rakyat merupakan kementerian yang akan bangkit kembali di bawah pemerintahan terpilih Presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka pada 2024-2029.

Keberadaan kementerian baru ini dibenarkan oleh adik laki-laki Prabowo, Hashim Djojohadikusumo, yang merupakan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Gerindra.

FYI, Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri membubarkan Kementerian Perumahan Rakyat antara tahun 1999 dan 2004.

Pelayanan tersebut dihidupkan kembali pada dua periode kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004 hingga 2014.

Namun kementerian ini digabung dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hashim menjelaskan, alasan pemisahan Kementerian Perumahan Rakyat adalah program besar Prabowo Subianto yang ingin fokus membangun jutaan rumah untuk rakyat. Tanpa ragu, Prabowo mengumumkan pembangunan 2 juta rumah di pedesaan dan 1 juta unit rumah di perkotaan setiap tahunnya selama lima tahun menjabat.

“Hampir 11 juta kalau tidak salah 10,7 juta yang antri Pak Menteri. Dalam 10 tahun, hanya 200 ribu perangkat yang mulai digunakan. “Setiap tahunnya ada 800 ribu dan sejauh ini hampir 11 juta keluarga menunggu tempat tinggal,” kata Hashim pada acara peringatan 26 tahun Persatuan Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) di Hotel InterContinental Pondok Indah, Jakarta Selatan. , pada Sabtu (28/09/2024).

Kebutuhan membangun jutaan rumah dikatakan disebabkan oleh kekurangan perumahan atau jumlah rumah yang dibangun dibandingkan dengan jumlah rumah yang diinginkan masyarakat. Saat ini ada sekitar 11 juta keluarga yang menunggu untuk mendapat tempat tinggal.

Jumlah tersebut bertambah karena sejak 10 tahun lalu, pembangunan perumahan rakyat hanya tinggal 200 ribu unit sehingga membutuhkan 1 juta unit. Terjadi kekurangan 800.000 unit rumah per tahun, hingga saat ini jumlah apartemen sebanyak 11 juta.

Di sisi lain, terdapat 27 juta rumah yang dianggap pemerintah tidak layak huni. Dengan demikian, total kebutuhan rumah sebesar 37 juta unit.

Selain itu, perumahan yang buruk diyakini berkontribusi terhadap masalah kesehatan masyarakat dan stunting pada anak. Sebab menurut Hasyim, penurunan tersebut bukan hanya disebabkan oleh gizi buruk saja, tapi juga karena ketidakmampuan masyarakat mendapatkan air bersih, listrik yang cukup, atau tinggal di tempat yang aman.

Karena gizi buruk bukan hanya masalah gizi, tapi juga masalah lingkungan. Kalau anak kecil kita minum air kotor yang ada bakteri, virus dan sebagainya, bisa menyebabkan diare dan banyak hal lainnya. , Pak Prabowo sudah memutuskan program besar, ” ujarnya.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *