Perlawanan Irak Tembaki Pembangkit Listrik Israel di Haifa, Hizbullah Lumpuhkan Radar IDF di Glilot

Perlawanan Irak menembaki pembangkit listrik Israel di Haifa, Hizbullah menonaktifkan radar tentara Israel di utara Judul serangan balasan Iran diumumkan, mereka menunjukkan. Israel karena pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin kantor politik Hamas, baru-baru ini di Teheran.

Salah satu serangan terkoordinasi dilakukan oleh perlawanan Irak, yang mengumumkan pada Kamis (29/8/2024) bahwa mereka telah menembaki sasaran penting di Haifa di wilayah utara Palestina yang diduduki dengan menggunakan pesawat tak berawak.

Menurut Al Jazeera, kelompok perlawanan Irak mengumumkan bahwa mereka menyerang sasaran penting di Haifa di wilayah utara Palestina yang diduduki dengan pesawat tak berawak.

Menurut laporan, perlawanan Irak menargetkan pembangkit listrik Haifa dalam serangan ini.

Dalam operasi ofensif sebelumnya terhadap sasaran di wilayah pendudukan di bawah kendali rezim Zionis, perlawanan Irak telah memperingatkan bahwa jika tentara Israel terus menyerang Jalur Gaza, maka mereka akan mengintensifkan serangannya terhadap posisi rezim pendudukan.

Dalam operasi genosida terhadap rakyat Gaza dan Tepi Barat yang diduduki, Israel telah membunuh lebih dari 41.000 orang tak bersalah dan melukai hampir 100.000 lainnya. Rudal Hizbullah (AFP/Marwan Nomani) membutakan radar dan sistem pengawasan tentara Israel

Sebelumnya, kelompok perlawanan Lebanon, Hizbullah, telah melancarkan tindakan balasan awal terhadap Israel sebagai pembalasan atas terbunuhnya komandan utama mereka, Fouad Shakar, dalam serangan udara Israel di Beirut.

Fase awal pembalasan Hizbullah mencakup sekitar 320 roket yang ditembakkan ke sejumlah instalasi militer IDF dan wilayah pendudukan Israel di utara.

Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal Hizbullah, pada Minggu (25/8/2024) mengatakan, operasi balas dendam gerakan ini adalah untuk membalaskan dendam orang mati.

Ada hal menarik dari pernyataan Nasrallah terkait penyerangan Israel yang mereka pahami sebagai persiapan penyerangan terhadap Iran yang dijanjikan meski hingga saat ini masih misterius.

Nasrallah menyatakan bahwa serangan Hizbullah menargetkan “mata-mata” militer Glilot (sistem pengawasan/radar) Israel di dekat Tel Aviv sebagai target utamanya.

Artinya, Hizbullah berniat membutakan “mata” Israel dalam persiapan menghadapi serangan Iran. Sebuah niat yang menurut Nasrallah berhasil dilakukan Hizbullah.

Jika pernyataan Nasrallah terbukti, maka sistem radar dan pengawasan teritorial Israel yang menjadi tulang punggung sistem pertahanannya, selain sistem Iron Dome, akan mengalami kerusakan yang cukup parah.

Hal ini membuat Israel rentan terhadap serangan balasan Iran, yang dikatakan dilakukan dengan hati-hati, tepat waktu, dan penuh perhitungan.

Di awal pidatonya, Nasrallah menyebut operasi militer Hizbullah terhadap pangkalan militer Israel sebagai “operasi Arbaeen”.

Menurut MNA, dia berkata: Israel melanggar semua pembatasan dalam agresinya ke Lebanon selatan.

Nasrallah menegaskan, milisi perlawanan Lebanon tidak menargetkan warga sipil di wilayah pendudukan dalam operasi Arbaeen. Rupanya, akibat serangan Hizbullah Lebanon pada Sabtu (22/6/2024), api dan asap hitam muncul di gedung pemukiman Metula di Israel utara. (Al-Mayadeen/syuting) Seluruh Israel terhenti karena rudal Hizbullah.

Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon berbicara tentang alasan tertundanya balas dendam atas kesyahidan Fouad Shakar dari rezim Zionis.

Dia mengklaim bahwa sebagian dari lamanya pembalasan tersebut adalah karena Hizbullah berusaha menghentikan perundingan gencatan senjata di Gaza dalam upaya mengakhiri agresi genosida Israel terhadap Palestina. 

Nasrallah mengatakan gerakan tersebut memutuskan untuk menargetkan pangkalan militer “mata-mata” Gillot dekat Tel Aviv.

Dia mengatakan bahwa meskipun Israel mengklaim telah menembak jatuh drone-drone tersebut, sejumlah besar drone tersebut dengan selamat melintasi perbatasan dan memasuki wilayah udara Palestina dan mencapai target yang telah ditentukan.

Pemimpin Hizbullah lebih lanjut mengatakan bahwa Israel telah menutupi kerugiannya dalam operasi Hizbullah.

Ia mencontohkan, sasaran utama adalah pangkalan mata-mata dan pangkalan pertahanan udara yang diserang. Wilayah Galilea Atas di Israel terbakar pasca serangan Hizbullah pada Sabtu (10/8/2024). (X/Menchosint)

Nasrallah mengatakan bahwa semua rudal Hizbullah menargetkan situs militer Israel, bukan sasaran sipil.

Dia kemudian membantah klaim Israel bahwa tentara Israel pertama kali menyerang sistem rudal Hizbullah sebagai serangan pendahuluan.

Nasrallah berkata: “Rezim Israel gagal menyerang rudal strategis atau balistik Hizbullah.

Pemimpin Hizbullah juga mencatat bahwa serangan pendahuluan Israel tidak berpengaruh pada serangan balik gerakan tersebut.

Nasrallah menekankan: Operasi pembalasan berjalan sesuai rencana.

Dia juga mencatat bahwa semua “aktivitas” Israel telah dihentikan karena operasi pembalasan Hizbullah.

Di akhir pidatonya, pemimpin Hizbullah tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak akan meninggalkan gerakan Palestina di Gaza seperti pada Oktober tahun lalu.

Dia mengklarifikasi bahwa Hizbullah akan memutuskan tindakan pembalasan apa pun di masa depan.

(oln/khbrn/MNA/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *