Tribune News Service.com – Kelompok Ansarallah Houthi di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan dan pembajakan kapal tanker minyak Sonia berbendera Yunani di Laut Merah.
Akibat penyerangan tersebut, kapal tanker minyak Sonian terbakar selama beberapa hari setelah diserang Houthi pada 23 Agustus 2024.
Kelompok Houthi kemudian merilis video pejuang mereka menaiki kapal tanker minyak Saudi, menanam bahan peledak dan meledakkannya.
Pemimpin Houthi, Abdul Malik al-Houthi, mengatakan dalam pidatonya di televisi, Kamis (29/8/2024), “Dua tim Angkatan Laut Houthi melakukan sabotase.”
Pesawat tersebut terkena serangan rudal Houthi di lepas pantai Hodeidah, Yaman, pekan lalu, menyebabkan kebakaran dan evakuasi awak pesawat.
Sebelumnya, Houthi menyerang kapal tanker minyak Sonia dengan beberapa pesawat tempur rudal balistik, rudal jelajah, dan drone.
Al-Houthi mengatakan serangan itu dilakukan karena kapal tanker minyak Sonian melanggar keputusan Houthi yang melarang kapal berlayar melalui Laut Merah menuju pelabuhan Israel, seperti dilansir Erem News. Houthi mengizinkan penarikan kapal tanker minyak Sonian
Pada Rabu (28/8/2024), juru bicara Houthi Mohammed Abdul Salem mengatakan bahwa Houthi telah memberikan izin untuk menarik kapal tanker Sonia dari Laut Merah.
“Setelah beberapa organisasi internasional menghubungi kami, khususnya di Eropa, mereka diperbolehkan menarik kapal tanker minyak (Saunia) yang terbakar,” kata Mohammad Abdul Salem.
“Kami mengonfirmasi bahwa pembakaran kapal tanker tersebut merupakan contoh keseriusan Yaman (Houthi) dalam menargetkan kapal mana pun yang melanggar perintah embargo Yaman terhadap kapal mana pun yang berusaha menekan entitas musuh Zionis. Melarang perjalanan ke pelabuhan-pelabuhan Palestina yang diduduki. Israel) untuk menghentikannya. agresi terhadap Gaza,” lanjutnya. Houthi pada Kamis (29/8/2024) merilis video pejuang mereka membajak dan meledakkan kapal tanker minyak berbendera Yunani di Laut Merah. Rudal dan drone pekan lalu (AFP/Ansarullah Media Tengah)
Dia juga menegaskan bahwa Houthi tidak akan menegakkan gencatan senjata dengan menarik kapal tanker minyak Saudi dari Laut Merah.
“Semua perusahaan pelayaran yang berafiliasi dengan entitas Zionis yang bermusuhan harus menyadari bahwa kapal mereka akan tetap rentan terhadap serangan Yaman di mana pun mereka berada,” katanya.
Sejak 19 November 2023, Houthi telah menargetkan pesawat sekutu Israel di Laut Merah untuk menekan Israel agar mengakhiri serangannya di Jalur Gaza.
Kelompok Houthi menyatakan mereka tidak akan menghentikan serangan mereka di Laut Merah sampai berakhirnya serangan Israel di Jalur Gaza, pencabutan pengepungan di Jalur Gaza dan datangnya bantuan kemanusiaan untuk Palestina.
Sementara itu, sekutu Israel, Amerika Serikat, bergabung dengan Inggris untuk membentuk koalisi Laut Merah untuk menyerang wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman dan mencegah Houthi menyerang pesawat sekutu Israel di wilayah tersebut. Korban tewas di Jalur Gaza
Saat ini Israel masih melancarkan serangannya di Jalur Gaza, korban tewas warga Palestina sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (29/8/2024) melebihi 40.534 orang dan 93.778 orang lainnya luka-luka dan 1.147 orang tewas di wilayah Israel, menurut Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, sekitar 109 sandera masih hidup atau mati di Jalur Gaza dan masih ditahan oleh Hamas.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel