Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destriavan melaporkan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspirasi) Mira Sumirat menegaskan, lahan pertanian bukan lagi milik petani dan diubah menjadi perumahan dan lapangan golf.
Sebagian besar lahan yang tadinya bisa digunakan sebagai lahan pertanian kini telah diubah menjadi perumahan, ruko, villa, hotel, pabrik, dan lapangan golf, kata Meera.
Hal itu disampaikannya menjelang Hari Tani Nasional pada 24 September.
Kehidupan petani tidak pernah pasti, ada pula yang menjual lahannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kata Meera di Jakarta, Rabu (25/9/2024).
Bahkan fenomena lain juga terjadi, seperti banyak tanah terlantar yang tidak digarap, karena dibeli oleh orang kaya untuk mengambil keuntungan melalui spekulasi, menunggu harganya naik.
“Sangat terbatas bagi petani yang masih memiliki lahan. Mereka mengelola lahannya dengan susah payah,” kata Meera.
Di sisi lain, hasil pertanian seringkali gagal panen karena cuaca yang tidak menentu, pupuk bersubsidi sulit didapat, harga turun saat panen karena semua hasil panen sama dan diperas oleh tengkulak yang mematok harga rendah.
“Selain itu, banyak jalan menuju tempat penjualan hasil panen rusak parah. Banyak hasil panen yang dibiarkan membusuk karena biaya transportasi tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh,” kata Meera.
Meera melihat hanya sedikit generasi muda yang ingin menjadi petani. Kini, menurut pengamatannya, banyak desa yang kosong tanpa generasi mudanya. Sebab, mereka memilih pindah ke kota untuk mencari pekerjaan dengan pendidikan dan keterampilan yang kurang memadai.
“Mereka melakukan outsourcing kondisi kerja, kontrak panjang, sehingga kemungkinan besar akan dipecat kapan saja, sehingga menambah kompleksitas kota-kota besar di Indonesia. Industrialisasi tidak berkembang, pekerjaan sulit. PHK terjadi di semua sektor pekerjaan,” Meera dikatakan.