TRIBUNNEWS.COM, WAINGAPU — Bank Indonesia (BI) punya kabar baik untuk mata uang Garuda.
Meski nilai rupee saat ini terdepresiasi, namun kemungkinan apresiasinya sangat besar.
Ramdan Danny Prakoso, Kepala Departemen Keuangan dan Manajemen Aset BI, mengatakan potensi penguatan rupee kini terbuka lebar.
Diperkirakan masa puncak tersebut tercapai karena kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS atau Federal Reserve.
“Suku bunga AS sudah mencapai puncaknya, kemungkinan besar akan turun,” kata Danny dalam konferensi pers di Waingapu, NTT, Senin (22/7/2024).
Ia menjelaskan, dalam beberapa tahun terakhir, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga secara tajam.
Dia berkata: Suku bunga dinaikkan secara bertahap dari 0,25% menjadi 5,25%.
Federal Reserve diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga dan kemungkinan akan memangkas suku bunga acuannya, dan bank sentral Eropa akan mengikuti langkah yang sama.
Dampaknya akan menjadi angin segar bagi rupee yang saat ini sedang tertekan, yang diperkirakan akan terdepresiasi seiring melemahnya dolar pasca penurunan suku bunga AS, ujarnya. Potensi rupee terbuka lebar. Asal kita bekerja keras, kata Danny.
Rupiah berada pada level Rp 16.214,80/USD pada Senin (22/7/2024).
Meski demikian, meski terus terdepresiasi, namun depresiasi rupee masih terbilang kecil dibandingkan negara-negara ASEAN dan Asia lainnya.