Hasil Pemilu Buruk, Kanselir Jerman Mendadak Ingin Damaikan Rusia-Ukraina, Usulannya Rugikan Kiev

TRIBUNNEWS.COM – Kanselir Jerman Olaf Schoz bersiap untuk mendamaikan konflik antara Rusia dan Ukraina.

Namun rencana perdamaian ini akan merugikan Kiev, karena proyek yang diusulkan oleh pemimpin Jerman tersebut berarti Rusia akan mempertahankan wilayah yang direbutnya dari Ukraina.

Agensi Strana mengungkapkan rencana tersebut dalam sebuah laporan berita, mengutip surat kabar Italia La Repubblica.

“Olaf Scholz sedang membuat rencana perdamaian untuk membawa Rusia ke meja perundingan. Diasumsikan bahwa Kyiv akan menerima konsesi regional,” tulis media tersebut.

La Repubblica mengungkapkan, ide tersebut muncul karena Scholz ingin tercatat dalam sejarah sebagai orang yang mampu mendamaikan konflik yang sudah berlangsung lama.

Dia ingin disebut kanselir perdamaian.

Hal serupa diungkapkan dalam wawancara dengan televisi pemerintah ZDF pada Minggu.

“Saya pikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk membahas bagaimana beralih dari perang menuju perdamaian, bahkan dengan kecepatan yang lebih cepat.”

Namun, dibalik keinginan untuk mendamaikan kedua negara bertetangga yang sudah dua tahun lebih bertikai itu, ada tujuan politik lain.

La Repubblica mengungkapkan Olaf Scholz menginisiasi perdamaian kedua negara untuk menghindari kemungkinan pengunduran diri.

Koalisi partainya saat ini beroperasi di dua wilayah paling berpengaruh di Jerman, Thuringia dan Saxony (sebelumnya Jerman Timur).

“Terpesona oleh berkembangnya rumor bahwa kemungkinan kekalahan dalam pemilu Brandenburg pada tanggal 22 September akan memaksanya untuk mengundurkan diri, kanselir memutuskan untuk mengandalkan masalah Ukraina untuk keluar dari situasi tersebut,” kata artikel tersebut.

Media Jerman melaporkan bahwa koalisi berkuasa yang terdiri dari Partai Sosial Demokrat, Partai Hijau, dan Demokrat Bebas kalah telak dalam pemilu di dua wilayah tersebut.

Perolehan suara terbanyak adalah Alternatif untuk Jerman (AfD) 32,8 persen, Partai Demokrat Kristen 23,6 persen, Aliansi Sahara Wagenknecht (BSW) 15,8 persen, Partai Kiri (13,1 persen), Partai Sosial Demokrat (SPD) mengambil. . ) 6,1 persen, Partai Hijau 3,2 persen, dan partai lain 4,3 persen.

WD mengatakan hasil yang paling mengesankan terjadi di Thuringia. Hasil pemilu AfD dalam pemilu negara bagian menjadikannya partai sayap kanan pertama sejak Kristen Demokrat (CDU) atau Perang Dunia Kedua.

“Khususnya, tiga partai yang membentuk koalisi pemerintahan nasional Kanselir Olaf Scholz di Berlin semuanya mengalami dampak buruk,” tulis DW.

Dalam jajak pendapat terpisah yang dilakukan ZDF pada hari Minggu, sekitar 77 persen warga Jerman menganggap Scholz adalah pemimpin yang lemah, sementara hanya 17 persen menilai kualitas kepemimpinannya secara positif.

Jajak pendapat tersebut tampaknya menandai peringkat persetujuan terburuk bagi Scholz saat menjabat, dengan sekitar 74 persen responden mengatakan bahwa kanselir tidak boleh menjadi kandidat pertama dari Partai Sosial Demokrat pada pemilihan federal pada September 2025.

Sementara itu, Russia Today TV memberitakan bahwa Berlin menjadi salah satu pendukung utama Kiev dalam konflik tersebut setelah sebelumnya mengumumkan tidak akan membantu Ukraina.

Jerman merupakan pemasok senjata terbesar kedua ke Ukraina setelah Amerika Serikat.

Senjata yang dikirim dari Berlin ke Kiev antara lain berbagai perlengkapan, seperti tank tempur utama Leopard 1 dan 2, serta kendaraan tempur infanteri Marder.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *