Komisi VII DPR Sebut Ormas Keagamaan Mengelola Tambang Bisa Lebih Mengedepankan Aspek Lingkungan

Laporan reporter Tribunnews.com Dennis Destriwan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Partisipasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam pengelolaan tambang batu bara. Hal ini diyakini dapat membantu pemerintah untuk mewaspadai operasional pertambangan di tanah air, dengan fokus pada isu lingkungan hidup.

Komisioner VII DPR Nasyirul Falah Amru menilai keputusan pemerintah yang mengukuhkan pengelolaan pertambangan batu bara kepada organisasi masyarakat (ormas) keagamaan, termasuk PBNU, merupakan kebijakan yang tidak hanya mempertimbangkan aspek komersial dan lingkungan hidup.

Menurut dia, PBNU berhati-hati dalam bisnis pertambangannya. Salah satunya adalah menjalin kemitraan kerja dan model pengelolaan yang mengedepankan kelestarian lingkungan.

“Lingkungan hidup tidak hanya dalam konteks alam. Namun belum menimbulkan konflik di masyarakat sekitar lingkungan pertambangan,” ujarnya, Senin (29/7/2024).

Pria yang akrab disapa Gus Falah ini menambahkan, dari segi profesionalisme pengelolaan, tanggung jawab dan prinsip utilitarian akan diutamakan. Mengingat organisasi keagamaan menyadari bahwa izin usaha adalah untuk kemaslahatan umat,

Hingga saat ini, beberapa organisasi keagamaan telah tersedia untuk memenuhi tugas pemerintah dalam mengelola tambang batu bara, antara lain PBNI, PP Muhammadiyah, dan Persis.

“Alokasi pengelolaan tambang batu bara kepada organisasi keagamaan akan didasarkan pada prinsip kehati-hatian. Dan upaya mengurangi kerusakan lingkungan akan menjadi perhatian utama,” jelasnya.

Gus Falah menambahkan, Keputusan PBNU menerima usulan pemerintah terkait izin pengelolaan tambang batu bara memiliki politik di atas politik untuk kemaslahatan rakyat. Hal ini membuka pemahaman manajemen bahwa seluruh sumber daya alam (SDA) tidak boleh dialihkan kepada grup perusahaan.

Ia mengatakan, keuntungan organisasi keagamaan dalam pengelolaan pertambangan juga berpeluang menjadi dana permanen organisasi tersebut, yang kemudian diinvestasikan pada instrumen negara seperti obligasi atau sukuk.

“Misalnya di NU, dana ini akan menjadi dana permanen yang akan diinvestasikan pada sukuk atau obligasi, namun pendapatannya bisa digunakan untuk pesantren, BOS, dan lain-lain,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *