Prabowo Harus Pikir Ulang Soal Target Penerima Makan Bergizi Gratis Sebanyak 82,9 Juta Orang

Laporan Jurnalis Tribunnews.com, Endrapta Pramudias

TRIBUNNEWS.COM, Subang – Presiden terpilih Indonesia 2024-2029 Prabowo Subianto menargetkan 82,9 juta penerima makanan bergizi gratis (MBG).

Profesor TV Andreas Santosa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pun meragukan jumlah penerimanya.

Pria yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Petani Indonesia (AB2TI) ini memahami MBG dimulai dengan niat baik.

“Ada tujuannya baik karena saya berikan kepada masyarakat atau karena saya memberikan makanan yang lebih baik kepada siswa dari sebelumnya,” ujarnya saat ditemui di Sukamandi, Subang, Jawa Barat, Rabu (18/9/2024). 

Namun ada beberapa poin penting yang perlu digarisbawahi lebih mendalam, salah satunya adalah jumlah penerima.

Andreas mengatakan, program MBG dikenal secara global sebagai program school feeding.

Jumlah total penerima program makanan sekolah di seluruh dunia adalah sekitar 450 juta orang.

Ia mengatakan hanya 13 persen dari total jumlah siswa di negara-negara berpenghasilan rendah yang merupakan pelamar, dibandingkan dengan 63 persen di negara-negara maju.

Andreas mengatakan, sasaran penerima MBG di Indonesia mencapai 82,9 juta orang atau hampir 100 persennya adalah anak sekolah Indonesia.

“Yang akan menerima 82,9 juta pelajar di Indonesia, hampir 100 persen. Negara maju masih 63 persen dengan kemampuan finansial sebesar itu,” kata Andreas.

Ia menambahkan, Prabowo harus mempertimbangkan lebih lanjut jumlah penerima MBG.

Seluruh daerah di Indonesia harus dipertimbangkan kembali apakah layak mendapat pangan bergizi gratis.

“Ke depan perlu dipertimbangkan ulangan daerahnya, haruskah seluruh siswa dari Jakarta hingga pelosok Papua mengikuti, atau harus ditentukan secara rinci berapa siswa atau pelajar yang akan menerimanya? Itu,” kata Andreas.

Menurutnya, jika target penerima manfaat sebanyak 82,9 juta orang, maka negara akan kesulitan distribusi.

Ia mencontohkan kebutuhan susu. Berdasarkan perhitungannya, kebutuhan susu di Indonesia sebanyak 20,7 juta liter per hari.

Jika target penerima MBG adalah 82,9 juta orang, maka pemerintah harus bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

“Kalaupun dilaksanakan sebagian besar tergantung jumlah pelajar dan ibu hamil yang menerimanya, kebutuhan susu akan meningkat sekitar 3-4 kali lipat, dari mana?” Ya dari impor karena peternakan kita pasti belum siap,” jelas Andreas. 

Ia mengatakan jumlah sapi perah hanya bertambah 150.000 ekor dalam 25 tahun terakhir. Dari 350.000 ekor, jumlah sapi perah saat ini sekitar 500.000 ekor.

Akibat penyakit mulut dan kuku (PMK) jumlah sapi perah yang berjumlah 580 ribu ekor juga mengalami penurunan dari tahun 2022 menjadi 500 ribu ekor.

Jika kebutuhan susu meningkat, maka Indonesia akan membutuhkan sekitar 3 juta ekor sapi perah, atau 6 kali lebih banyak dari jumlah saat ini.

Bahkan ternak lokal dinilai belum siap menghadapi peningkatan tersebut. Oleh karena itu, dia menyarankan agar jumlah penerima MPG dikurangi agar tidak terjadi peningkatan.

Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana memperkirakan 82,9 juta orang akan menerima MPG pada tahun 2027.

Pada tahun 2025, penerima MBG menargetkan mencapai setidaknya 20 juta orang.

Penerima MBG ini antara lain anak sekolah PAUD hingga SMA, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak kecil.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *