TRIBUNNEWS.COM – Pembangunan pedesaan di Indonesia merupakan salah satu pilar utama untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Desa sebagai fondasi masyarakat mempunyai peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat lokal.
Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk mendorong pembangunan pedesaan, termasuk penyediaan infrastruktur, akses teknologi, dan peningkatan kualitas pekerja.
Pemerintah juga bermitra dengan organisasi swasta untuk membantu masyarakat Indonesia memperkuat perekonomian lokal mereka. Seperti yang dilakukan PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) dan kelompok tani agar petani terhubung dengan pasar yang lebih luas.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat yang menjelaskan pihaknya bermitra dengan kelompok tani dengan tujuan untuk menciptakan pasar dan mengembangkan penghidupan masyarakat setempat.
Ia juga menegaskan, pendirian pasar merupakan langkah yang sangat penting untuk mengembangkan kota, sehingga terlihat hal-hal yang bermanfaat di kota tersebut.
Irwan menjelaskan, Sido Muncul menggandeng ratusan kelompok tani yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satunya adalah Desa Sambiroto, Kecamatan Cilongok, Banyumas.
Di desa ini produk Tolak Angin sangat populer dan diminati sehingga menciptakan pasar yang berkontribusi terhadap pembangunan desa.
“Kami telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 120 kelompok tani se-Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mereka kemudian akan diberikan benih hingga dapat dibeli kembali. Padahal kitalah yang membutuhkan petani. “Saya membutuhkannya, agar kepercayaan bisa dibangun,” jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, saat Seminar Nasional ke-14 “Pengembangan Sumber Daya Perdesaan Kearifan Lokal Berkelanjutan 2024” di Java Heritage Hotel Purwokerto, Selasa (24/9/2024).
Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Prof.Dr.Ir.Akhmad Sodiq yang turut serta dalam pelatihan tersebut mengatakan, Unsoed sejauh ini siap mengembangkan infrastruktur kota dan kecerdasan lokal.
“LPPM fokus pada hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pilarnya banyak, misalnya dengan pekerjaan umum, tema KKN, dan ada kerja sama. Mungkin ke depan bisa lagi – mereka punya Sido Muncul,” dia dikatakan. .
Ciptakan bisnis untuk membantu mengembangkan kota
Dalam seminar nasional bertajuk “Analisis dan Kerja Sama Pembangunan Berkelanjutan dalam Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim”, Irwan Hidayat juga berbagi pengalamannya dalam menciptakan bisnis jamu.
Alasan dan aturan, menurut Irwan, menjadi dua hal yang bisa menumbuhkan kepercayaan pengelolaan Sido Muncul.
Sejak tahun 1940, dimana nenek Irwan Hidayat menyiapkan ramuan jamu rebus, diperkenalkanlah Sido Muncul pada tahun 1951 dengan produk yang diolah menjadi bubuk.
Akhirnya pada tahun 1994 dibuatlah campuran jamu yang dicampur dengan madu agar rasanya lebih enak. Hal ini menjadi salah satu cara Sido Muncul untuk meningkatkan pasarnya.
Seiring dengan semakin banyaknya produk Sido Muncul yang terjual, maka permintaan akan produk mentah pun semakin meningkat.
“Karena kita berbasis teknologi, maka sumber dayanya banyak. Makanya saya mendirikan pabrik bahan baku,” imbuhnya.
Irwan mengatakan syarat utama Sido Muncul untuk bisa berjualan seperti itu saat ini adalah produknya bagus. Tapi tidak hanya itu. Alasan lain mengapa Sido Muncul terus meraih pangsa pasar saat ini adalah strategi pemasarannya yang efektif.
Lebih lanjut beliau juga menjelaskan bagaimana Sido Muncul berkontribusi terhadap pengembangan sumber daya lokal dan lingkungan hidup. Cara lainnya adalah promosi.
“Yang dilakukan sepenuhnya tanggung jawab sosial. Promosi wisata kita salah satunya dilakukan di Labuan Bajo. Saya keluarkan dana 6 juta dolar AS untuk promosi Labuan Bajo. Dulu saya tidak punya sampai tahun 2013 hanya ada 18 ribu kunjungan, kini jumlah kunjungan situs ini sudah mencapai 900 ribu.
Meski secara tidak langsung, tindakan Sido Muncul turut mendorong pertumbuhan pasar dan membangun pasar di Labuan Bajo.
Selain mendorong perkembangan bisnis dan pasar, Sido Muncul sebagai perusahaan tanaman herbal dan obat terkemuka di Indonesia juga menjadi contoh bagaimana bisnis dapat berkontribusi dalam pembangunan desa berkelanjutan yang masih kita dengar.
Pengarang: Matheus Elmerio | Redaktur : Anniza Kemala