Viral ‘Joki Strava’, Waspadai Risiko Hidup dalam Kepalsuan

Media sosial dipenuhi dengan fenomena-fenomena aneh mulai dari banyaknya masyarakat yang menggunakan jasa joki Strava, penyewaan iPhone bahkan penyewaan lanyard BUMN.

Banyak yang menduga mereka melakukan ini karena menginginkan validasi.

Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi mengatakan salah satu alasan seseorang melakukan hal tersebut mungkin hanya untuk mendapatkan pengakuan sosial. Mereka ingin mendapatkan validasi dari orang lain.

“Jadi kalau dibilang haus validasi, itu mungkin saja. Tapi mungkin ada faktor lain juga,” kata Anastasia saat dihubungi detikcom, Kamis (4/7/2024).

Selain itu, lanjut Anastasia, ada faktor lain yang juga dapat mendorong mereka melakukan hal tersebut, yaitu persetujuan atau pengaruh sosial yang membuat seseorang mengubah sikap dan perilakunya sesuai dengan standar yang ada di masyarakat.

Faktor kedua juga bisa berupa konformitas, dimana dalam psikologi sosial sesuatu yang dilakukan banyak orang dianggap wajar dan wajar, kata Anastasia.

Jadi jadi tren, orang mau coba, penasaran, juga ingin tahu dan merasakan punya barang-barang yang ‘kelas atas’, ”lanjutnya.

Menurut Anastasia, perilaku seperti itu seringkali diawali dengan rasa penasaran dan penasaran terhadap sensasi yang dirasakan orang lain.

“Contohnya, kalau ada kabel-kabel BUMN (sewaan) seperti ini, nilai-nilai sosial memperlakukan masyarakat dengan label atau simbol tertentu akan terlihat lebih baik. Mungkin mereka ingin merasakan itu, padahal di dunia nyata tidak, yang juga bisa menjadi salah satu basisnya,” lanjut Anastasia.

Anastasia menegaskan, mereka yang mulai terjebak dalam ‘lingkaran kebohongan’ ini harus berhati-hati. Pasalnya, jika hal ini terus berlanjut maka mereka benar-benar akan hidup dalam kebohongan.

“Efeknya kalau dibiarkan lama-lama, kalau validasinya diumpankan terus-terusan, menurutku nggak ada gunanya buat kamu. Artinya, kamu juga hidup di ‘kepalsuan’, jadi kamu merasa a sensasi palsu.” kata Anastasia.

“Topeng dengan berbagai simbol dan aksesoris yang bukan merupakan prestasi aslinya, karena takut lupa akan diri aslinya, atau ‘wajah’ aslinya, atau kemampuan aslinya,” tutupnya. (gtp/gtp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *