Mentan: Biodiesel B50 Bisa Jadi Senjata Indonesia di Percaturan Energi Dunia

Laporan jurnalis Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meyakini program Biodiesel B50 bisa menjadi senjata Indonesia dalam kebijakan perekonomian global.

Menurutnya, Indonesia akan menjadi keranjang pangan dan bisa mandiri di bidang energi. Dua hal inilah yang dinilai menjadi kekuatan RI mengguncang dunia.

Krisis global saat ini adalah pangan dan energi. Solusinya ada di Indonesia,” kata Amran dari pabrik biodiesel PT Jonlin Agro Raya di Kalimantan Selatan. . . dikutip dari keterangan tertulis, Senin (19/8/2024).

Ia mengatakan, kebutuhan biodiesel minyak sawit sangat tinggi, terutama untuk konsumsi dalam negeri.

Berdasarkan data statistik Departemen Tanaman Kementerian Pertanian, angka sementara pada tahun 2023, luas lahan kelapa sawit seluas 16,8 juta hektar, dan volume produksinya sebesar 46,9 juta ton.

Sedangkan B15 dimulai pada tahun 2015, B20 pada tahun 2019, B30 pada tahun 2022, dan B35 kini beroperasi mulai tahun 2023.

Ke depan, dengan diperkenalkannya program biodiesel B50 dan bioetanol E10, diharapkan penggunaan bahan bakar nabati (biofuel) secara nasional akan meningkat.

Upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi impor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM).

Kemudian Amran menyampaikan bahwa pada tahun 2019 telah dibuat prototipe pengolahan biodiesel yang berbahan dasar minyak sawit 100% (B100).

Ia juga meyakini prototipe dan uji coba biodiesel serupa telah dilakukan oleh banyak kementerian/lembaga teknis dan industri biodiesel. Namun masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan konsumennya sendiri.

Dalam program tersebut, Amran mengatakan pihaknya bertugas memantau persiapan pemerintah dalam penerapan biodiesel B50.

“Tidak hanya dari sisi penyediaan dan penyiapan bahan baku NPO saja, tapi lebih luas lagi,” ujarnya.

Kementerian Pertanian ikut serta dalam penyiapan dan identifikasi Kementerian ESDM serta kementerian dan lembaga terkait untuk pelaksanaan kajian teknis, ekonomi, fiskal, infrastruktur, dan transisi ke B50.

Kemudian penerapan standar mutu dan spesifikasi, kajian bisnis, aspek hukum, hingga uji program dan uji jalan, serta masalah teknis lainnya.

Potensi tersebut harus dikelola dengan baik, mengingat Indonesia menguasai 58 persen NPO dunia. “Oleh karena itu, jelas tujuan kami adalah mempersiapkan penggunaan biodiesel B50,” kata Amran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *