Rekam Jejak Kekerasan di STIP Jakarta: 4 Penganiayaan Senior ke Junior Terjadi 10 Tahun Terakhir

TRIBUNNEWS.COM – Tewasnya siswi kelas satu Putu Satria Ananta Rustica (19) di tangan atasannya, Tegar Rafi Sanjaya (21) mencoreng nama baik Perguruan Tinggi Jakarta. Ilmu Perairan (STIP).

Kebetulan, Poto meninggal setelah kakaknya meninju perutnya sebanyak lima kali karena sesuatu yang tidak penting, yaitu kemejanya.

Peristiwa tersebut juga terjadi di lingkungan STIP Jakarta, tepatnya di kamar mandi pria kampus Universitas Cilining, Jakarta Utara, pada Jumat (3/5/2024) sekitar pukul 07.00:55 WIB.

Faktanya, peristiwa penganiayaan orang tua terhadap generasi muda di lingkungan STIP Jakarta hingga saat ini belum terjadi.

Berdasarkan pemberitaan Tribunnews.com, meninggalnya Putu merupakan kejadian keempat yang menimpa STIP Jakarta dalam 10 tahun terakhir.

Sebelumnya, kejadian serupa terakhir kali terjadi pada seorang pelajar bernama Amirullah Adityas Putra pada tahun 2017.

Amirullah tewas setelah melakukan penyerangan terhadap empat atasannya yaitu Cisco Matahero, Willy Productowan, Iswanto dan Akbar Ramadan.

Ringkasnya, berikut sejarah empat kasus penganiayaan terhadap lansia yang dilakukan remaja di STIP Jakarta yang terjadi dalam 10 tahun terakhir, dilansir dari berbagai sumber:

Meninggalnya Kadet Dimas Dikita Handoko: Dianiaya atasannya karena dianggap tidak sopan.

Meninggalnya Taruna STIP Jakarta Tingkat 1 Dimas Dikita Handoku akibat penganiayaan yang dilakukan atasannya pada 26 April 2014.

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com pada 28 April 2014, seorang pembantu rumah tangga bernama Supandi adalah orang pertama yang mengetahui penganiayaan terhadap Dimas.

Mahasiswa STIP Jakarta bernama Dimas dibawa ke RS Pelabuhan Togo, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kata warga.

Supandi langsung menyampaikan kabar tersebut kepada ketua STIP Jakarta saat itu, Rudiana.

Kemudian pada Sabtu pagi sekitar pukul 03.40 WIB, Rudiana langsung mendapat kabar Dimas meninggal dunia akibat penyerangan tujuh atasannya.

Dari hasil autopsi, terdapat luka di bagian perut hingga ulu hati di tubuh Dimas.

Pasalnya, Dimas tidak menghormati orang yang lebih tua.

Namun, meski sudah tujuh pimpinan Dimas yang ditetapkan sebagai terdakwa, hanya tiga yang divonis oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Utara.

Angga Afrindi, Facheri Hosseini Korniavan dan Adnan Fouzi Pasaribo.

Ketiga orang ini divonis empat tahun penjara akibat perbuatannya dan atas permintaan jaksa.

Hal yang memperparah ketiga terdakwa ini adalah tindakan yang mereka lakukan menimbulkan korban jiwa dan luka-luka serta menimbulkan ketakutan di masyarakat.

Kekejaman terhadap Daniel Roberto Tampobolon: Semua Dibuat untuk Makan Paprika

Setahun kemudian, pada tahun 2015, atasannya melecehkan seorang siswa bernama Daniel Roberto Tampobolon.

Hal ini diketahui pertama kali saat orang tua Daniel, Rosannaria Simanuillang melaporkan kejadian tersebut ke Polda Metro Jaya pada 8 April 2015, seperti diberitakan Kompas.com pada 9 April 2015.

Petugas Humas Polda Metro Jaya saat itu Kombes Martinus Situmpol mengatakan, atasannya menganiaya Daniel dengan tangan dan palu.

Tak hanya itu, Daniel pun terpaksa mengonsumsi cabai pedas yang membuatnya sesak napas, mual, mulas, dan pusing.

Daniel pun sempat dirawat di RS Pelabuhan, Jakarta Utara.

Singkat cerita, polisi mengungkap nama lima orang yang dituduh menganiaya Daniel adalah Magister Manurong, Roma Dani, Ivan Sirgar, Philipus Sihan, dan Hero Pakpahan.

Magister terlibat meninju dan menampar perut korban, sedangkan Roma Dhoni memukul kepala korban.

Ivan kemudian menyuruh Daniel untuk bertobat saat makan malam.

Sementara dua tersangka Philip memukul perut dan wajah korban dengan besi.

Sedangkan dua saksi lainnya, Andrey Viravan dan Kizar Calvin, tidak ditetapkan sebagai tersangka meski disuruh push-up dan lompat sebanyak 300 kali serta diberi semprotan merica.

Amirullah Adityas Putra tewas setelah diserang oleh 4 anggota senior Amirullah Adityas Putra.

Dua tahun kemudian, tepatnya 10 Januari 2017, seorang siswi bernama Amirullah Adityas Putra meninggal dunia setelah lima seniornya, Cisco Matahru, Willy Producekwan, Isvanto, Akbar Ramzan dan Jakario, memperkosanya.

Pertama dia dipanggil ke gedung asrama 4 M205 lantai dua kampus STIP Jakarta.

Namun Amirullah tidak diundang sendirian karena enam orang lainnya juga ikut dilecehkan.

Kemudian saat Willy menyerang Amirullah, korban langsung pingsan karena terkena pukulan di bagian ketiak dan terkena sinar matahari.

Pelaku aksi tersebut membawa Amirullah tidur di dekat lokasi kejadian dan memberikan minyak kayu putih kepada korban.

Namun Amirullah tidak juga sadar.

Dan dokter STIP memeriksa Amirullah, namun nyawa korban tidak terselamatkan, dipastikan meninggal dunia pada 11 Januari 2017 pukul 01.45 WIB.

Saat itu, polisi membeberkan nama keempat terdakwa Sisko Matahero, Willy Producekwan, Iswanto, dan Akbar Ramadan.

Dalam situasi saat ini, belum terungkap nama Jacario sebagai tersangka, akibat pelecehan yang dilakukan terhadap Ahmed Fajjar.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Panji Baskhara Ramadhan) (Kompas.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *