Wakil Ketua BKSAP Putu Rudana Dorong Pariwisata Berkelanjutan Harus Terus Digaungkan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BSKAP) DPR RI Putu Subatma Rudana mendorong Indonesia untuk terus mempromosikan pariwisata perbatasan atau cross bordertourism.

Pasalnya, Indonesia mempunyai destinasi wisata yang bagus dan bagus serta komunikasi yang baik dengan negara tetangga.

“Saya kira orang yang duduk di DPR RI, Ketua PKSAP dan salah satu pelaku pariwisata di Indonesia, harus terus mengembangkan dan memajukan pariwisata lintas batas negara,” kata Putu Rutana saat kegiatan Hari PKSAP di Batam. Kebutuhan.” Kota, Parlemen tentang Peran Diplomasi dalam Mempromosikan Pariwisata Berkelanjutan, Selasa (2/7/2024).

Menurut Putu, hal ini merupakan keuntungan dan potensi besar bagi banyak provinsi di Indonesia.

Ia mencontohkan Badam yang sudah memiliki koneksi sangat baik dan berkembang dengan baik.

“Tingkatkan frekuensi konektivitas pada jadwal penyeberangan dan tentunya ditingkatkan secara berkesinambungan di seluruh wilayah,” ujarnya. 

Dalam kesempatan itu, Puttu dan beberapa tim BKSAP DPR mengunjungi Politeknik Pariwisata Batam dan Institut Teknologi Batam (ITEBA).

Selain Pudu, turut hadir pula beberapa pimpinan dan anggota BKSAP DPR RI antara lain Geelong Diyalafraz, Achmad Hafez Thohir dan Sukamata, Arzeti Bilbina, Muslim, Hassani bin Zuber dan Asman Abnur.

Pada awalnya, Batam merupakan kawasan yang dibangun sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan kini muncul sebagai salah satu tujuan wisata utama dan pintu gerbang utama pariwisata Indonesia. 

Sebab sebelum adanya pandemi Covid-19, Batam selalu berada di posisi tiga besar dalam hal penerimaan dan masuknya wisatawan mancanegara ke Indonesia, imbuhnya.

Pintu gerbang pertama banyaknya wisatawan mancanegara adalah Bali yang sebagian besar masuk melalui jalur udara dan laut, terutama kapal pesiar. Kedua Jabodetabek yang paling banyak datang melalui jalur udara karena Soekarno merupakan pusat utama Indonesia. Ketiga adalah Batam , dimana sebagian besar wisatawan menyeberang melalui jalur laut,” ujarnya saat tiba, apalagi pasca COVID-19, “ketiga daerah ini selalu bersaing menjadi yang terdepan.” 

Dengan segala potensi dan posisi geografis Batam sebagai Kawasan/Zona Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Putu melihat Batam akan menjadi destinasi wisata yang lebih baik dan luas di masa depan. 

Puthu juga melihat Batam sebagai tujuan wisata lintas batas yang bagus karena pariwisata menawarkan berbagai konsep pendidikan. 

“Batam mempunyai potensi besar untuk menjadi destinasi alternatif diantara tiga negara yaitu Indonesia, Singapura dan Malaysia. Dengan konsep pariwisata yang komprehensif. Menambah potensi jumlah wisatawan yang masuk ke Singapura dan Malaysia, menambah jumlah penduduk Singapura dan Malaysia, pertumbuhan wisatawan kedatangan dan kunjungan ke Batam pasti akan meningkat pesat di masa depan. Dan mungkin lebih tinggi lagi di Indonesia.”

“Sebenarnya Bali ada, tapi infrastruktur di Bali kurang, karena sebagian besar Bali datang melalui jalur udara, karena Bali ke depan bisa fokus pada pariwisata berkualitas dan mengutarakan ide intinya,” jelas Vii, anggota Komisi DPR RI.

Dengan demikian, Batam bisa masuk atau tumbuh dalam industri pariwisata lintas batas, kata Butu. 

Singapura dan Malaysia sudah memiliki potensi wisata atau menerima wisatawan dalam jumlah terbatas, ujarnya.

Sebab, Battam berpotensi menjadi destinasi wisata terbesar dalam waktu dekat. 

Oleh karena itu harus ada peta jalan pariwisata Indonesia ke depan, khususnya mengenai pembangunan berkelanjutan pariwisata lintas batas (sustainable cross-border Tourism).” Bagaimana ke depan bisa dikembangkan pariwisata lintas batas negara, misalnya Sulawesi Utara dengan Filipina, Papua Nugini dengan Papua, serta antar negara Pasifik dan sekitarnya? Pulau Kalimantan juga mempunyai banyak wilayah perbatasan yang dekat dengan tetangga kita seperti Malaysia dan Brunei. “Jadi sebenarnya keberlanjutan atau kesinambungan pariwisata hanya bisa tercipta jika pasarnya besar dan dekat dengan destinasi serta memiliki keunikan dan keunggulan dengan negara tetangga,” ujarnya.

Puttu juga mendorong promosi pariwisata berkelanjutan.

Menurutnya, pariwisata berkelanjutan atau pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan konsep perjalanan yang dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi, baik untuk masa kini maupun masa depan seluruh masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Dan wisatawan mengapresiasi adat istiadat, budaya dan alam daerah tujuan. 

“Dengan meningkatkan kesadaran akan pariwisata berkelanjutan, diharapkan seluruh pemangku kepentingan pariwisata, termasuk wisatawan, akan mengedepankan etika kesehatan, kelestarian alam, keamanan, kenyamanan dan kebersihan/kesehatan serta pembangunan ekonomi berkelanjutan. Pelaku dan pengembang sebagai masyarakat lokal yang memahami adat istiadatnya, budaya dan lingkungan. Jadi ini dilakukan agar ada fleksibilitas yang baik dalam pariwisata kita,” kata Samrithi K. Puthu.

Menurutnya, pariwisata berkelanjutan sangat penting, apalagi pasca pandemi COVID-19 yang juga berdampak buruk pada industri pariwisata yang merupakan salah satu tulang punggung perekonomian nasional Indonesia.

Putu mengatakan pariwisata berkelanjutan mengacu pada praktik berkelanjutan dari berbagai pemangku kepentingan pariwisata dengan terus membangun industri pariwisata yang berkoordinasi dengan pilar Penta Helix. 

Ia menambahkan, harus diakui pariwisata mempunyai dampak positif dan negatif. Putu mengatakan dampak positif pariwisata antara lain penciptaan lapangan kerja, peningkatan kunjungan wisatawan, pertumbuhan ekonomi dan masih banyak lagi.

Sementara itu, terdapat dampak negatif berupa kerusakan lingkungan, kemacetan lalu lintas, pencemaran, dan limbah, yang justru bertentangan dengan semangat pelestarian lingkungan hidup. Gagasan eko-demokrasi merupakan rumusan yang baik untuk mencapai pariwisata berkelanjutan. 

Tujuan dari pariwisata berkelanjutan adalah meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif.

“Tujuan akhir dari pariwisata berkelanjutan adalah untuk mengurangi dampak negatif pariwisata terhadap masyarakat, khususnya masyarakat lokal dan lingkungan hidup,” jelas Ketua Umum Persatuan Museum Indonesia ini.

Bedham meningkatkan kecepatannya dan masuk dengan cepat. Selain itu, legislator asal Bali ini juga mengunjungi Politeknik Pariwisata Batam dan Institut Teknologi Batam serta mencanangkan kegiatan Hari BKSAP di Kota Batam. Sementara kedua yayasan tersebut diketuai oleh anggota DPR RI Azman Abnur. 

Menurutnya, landasan ini untuk menjadikan negara berkelanjutan dan memungkinkan ekonomi hijau di masa depan. 

Jika lingkungan terus dijaga maka ekonomi hijau akan terwujud, masyarakat akan memainkan peran penting dalam pariwisata dan pertumbuhan ekonomi akan terus tumbuh secara mantap dan berkesinambungan.

Secara khusus, misi utama lembaga pendidikan ini adalah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) terbaik dan efisien untuk menjadi wirausahawan dan manajer handal di seluruh dunia. 

Melalui percepatan peningkatan kapasitas ini, generasi muda khususnya di wilayah Batam dan sekitarnya dapat menyaksikan langsung pemulihan perekonomian Batam dan menjadi aktor kunci di wilayahnya, menjadi tuan rumah dan berpartisipasi di berbagai negara. . Tokoh kunci dalam industri pariwisata dan perhotelan. 

Sebab, kalau bicara pariwisata, ada industri perhotelan, ada industri restoran, ada industri jasa lainnya, jasa yang berhubungan dengan kesejahteraan atau kesehatan, dan yang paling penting adalah sektor kuliner, kata Putu seraya menambahkan bahwa setiap generasi muda yang dilatih di dua lembaga pendidikan mata pelajaran pariwisata di Batam, Indonesia. Menjadi agen perubahan dan mengisi serta mewarnai pariwisata global.

Oleh karena itu percepatan BTP dan ITEBA serta Yayasan VITKA dapat dan akan membantu Betham dalam pengembangan pariwisatanya, khususnya melalui peningkatan sumber daya manusia dan pendidikan vokasi. Inspirasi dan contoh prinsip pendidikan bisnis secara umum. Tingkat nasional juga dapat menjadi acuan bagi daerah lain di Indonesia yang siap meningkatkan kualitas sumber daya manusia lokalnya dan menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri.

Bahkan kedepannya mereka bisa tumbuh menjadi wirausaha di dalam dan luar negeri hingga menjadi duta atau gaung kejayaan Indonesia di industri kuliner atau sektor pariwisata dan perhotelan lainnya, ujarnya.

Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) ini yakin Batam bisa menjadi contoh percepatan pariwisata di kawasan perbatasan dengan fokus pada pengetahuan lokal dan standar global, fokus pada sumber daya manusia dan gagasan pariwisata berkelanjutan. Pariwisata di Batam mungkin belum mendapat dukungan maksimal, terutama pengembangan lembaga vokasi pariwisata dan penegasan kebijakan pusat.

“Tetapi keberadaan kedua kampus ini menunjukkan bahwa pihak swasta atau yayasan benar-benar bisa mengawal kreativitas dan konten masyarakat dan generasi muda serta menjadi mesin untuk menciptakan industri pariwisata yang mandiri,” kata Putu, “Pasti ada banyak apresiasi untuk Vitka Foundation dan BTP dan ITEBA.”

Sementara itu, Anggota BKSAP DPR RI, Azman Abnur mengatakan, yayasan yang dipimpinnya berupaya mengembangkan sumber daya manusia berkualitas internasional.

Sebab, saat ini mahasiswa Politeknik Pariwisata Batam dan Institut Teknologi Batam bertebaran untuk bekerja di luar negeri, ujarnya.

“Yang kita ciptakan adalah kemandirian pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas internasional. Mahasiswa kita kini banyak yang bekerja di luar negeri. Di Timur Tengah, Dubai, Qatar, Hong Kong, luar negeri, Amerika, Jepang dan negara-negara lain,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *