3 Fakta Baru Kasus Kematian Dokter Aulia: Disuruh Angkat Galon dan Pesan 80 Boks Makanan Tiap Hari

TribuneNews.com – Pengacara keluarga dr Aulia Risma Lestari atau ARL, Misyal Achmad, Semarang membeberkan informasi baru terkait kasus dugaan bullying di Semarang.

Dugaan ketakutan PPDS atas pembunuhan Dr. Auliya Risma Lestari, mahasiswa Anestesiologi Undip, kini diketahui.

Dr Aulia Kariadi adalah dokter PPDS undip RSUD Semarang.

Selain laporan lansia yang dilecehkan, ada juga laporan Dr Auliya memeras 40 juta lansia dari PPDS Undip.

Kini Misyal Achmad menambahkan, dr Aulia memesan 80 dus makanan saat menjalani anestesi PPDS di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.

Tak hanya itu, Dr Auliya juga dikabarkan disuruh membawa galon.

“Ini dilakukan setiap hari,” kata Misyal Ahmad.

Selain itu, para dokter ARL juga diminta menggalang dana dan mengumpulkan dana untuk menggaji orang-orang yang bekerja di jurnal ternama, dikutip Kompas.com.

“Itu datang. Jadi kami kasihan melihatnya,” katanya. Andeep tak ingin kasusnya menjadi liar

Profesor Dr. Rektor Universitas Diponegoro (UNDIP) Suharnomo mengatakan meninggalnya salah satu mahasiswa PPDS Undip sudah menjadi bola liar yang mampu merugikan semua pihak.

Jika hal ini dibiarkan, tidak hanya berdampak pada mereka yang mengenyam pendidikan tinggi, ujarnya.

Hal ini juga dapat merusak janji pemerintah untuk menyediakan dokter spesialis.

Pusat ini lahir untuk mengabdi pada negara, pemerintah, dan kemanusiaan dalam bidang pendidikan. Undip berstatus pemerintahan yang sah, namun keberadaannya didedikasikan untuk masyarakat, kata Kompas. .com

Profesor Dr. Suharnomo mengatakan, kematian seorang mahasiswa PPDS yang disebut-sebut melakukan pencabulan terhadap siswa senior harus dikaji bersama.

“Kami berharap acara ini menjadi evaluasi, orasi, orasi dan diskusi bersama untuk acara ini, tidak bijak jika tidak saling menyalahkan,” ujarnya.

Undip telah mendelegasikan kewenangannya, oleh karena itu Undip mengajak semua pihak untuk melakukan diskusi yang bermanfaat, melakukan evaluasi dan peninjauan ke depan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawabnya.

Terkait pengaduan pelecehan terhadap lansia, Undeep telah menyerahkan sepenuhnya kepada pihak yang berwenang.

“Undangan ini bukan untuk kepentingan pribadi. Lembaga ini lahir untuk mengabdi pada negara, pemerintah, dan kemanusiaan melalui bidang pendidikan,” ujarnya.

Rektor juga mengatakan Undip berstatus negara hukum, namun keberadaannya didedikasikan untuk masyarakat. Laporan keluarga

Beberapa senior di keluarga Dr. Auliya dan Andeep Semarang, Ketua Program Studi Anestesiologi PPDS.

Nuzmatun Malina didampingi adik almarhum dokter Auliya Risma, dokter Nadia dan pengacaranya Misyal Ahmed serta Tim Pemeriksaan Umum Kementerian Kesehatan (KEMENCAS) saat membuat laporan polisi.

Laporannya, keluarga dr Aulia terdaftar dengan nomor LP/B/133/IX/2024/Spkt/Polda Jawa Tengah.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Direscrimum) Polda Jawa Tengah Kombes Pol Johansson Simamora mengatakan, penyidik ​​sedang mendalami laporan tersebut.

Kemudian, saksi-saksi terkait akan kami periksa. Setelah catatannya selesai, penyidikan pelapor akan dikembangkan ke arah itu, kata dia seperti dikutip Tribunjateng. Kementerian Kesehatan memberikan bantuan

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Dr. Aulia Risma Lestari.

Ibunda Dokter Aulia Risma, Nuzmatun Malinah disebut melaporkan kasus perundungan, intimidasi, dan pemerasan terhadap putrinya di Mapolda Jawa, Semarang pada Rabu (4/9/2024).

Pj Kepala Dinas Komunikasi dan Pelayanan Publik. Siti Nadia Tarmizi MEpid mengatakan pihaknya telah mengikuti keluarga korban mulai dari proses penyidikan hingga proses pelaporan.

Nadia mengatakan, Kamis (5/9/2024), “Iya, kami sedang proses penyelidikan bersama keluarga korban dr Aulia hingga tim Kementerian Kesehatan melapor ke polisi.”

(Tribunnews.com/Garudea Prabawati/Rina Ayu Panca Rini) (Kompas.com/Sania Mashabi/Muchamad Dafi Yusuf)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *