TRIBUNNEWS.COM – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) mengkritik Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang tidak memiliki pengalaman di bidang pendidikan.
Bahkan, JK malah membandingkan Nadiem dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sebelumnya, termasuk Anies Baswedan.
Menurut JK, Anies memiliki latar belakang pendidikan yang baik, berpengalaman di bidang pendidikan, dan bisa lebih memahami kompleksitas industri pendidikan di Indonesia.
“Ada Mas Anies, mantan Rektor Universitas Paramadina yang segudang pengalaman di bidang pendidikan,” kata JK dalam acara debat “Kompetisi Kebijakan Anggaran Pendidikan” yang disiarkan DPR, Sabtu (9 Juli 2024). YouTube TV.
JK mengatakan, pengalaman Anies tidak dibagikan Nadiem karena belum pernah menjadi guru atau apapun yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Meski begitu, diakui JK, Nadie menjadi CEO salah satu layanan ojek online.
“Sebagai perbandingan, Nadiem, meski memiliki rekam jejak sebagai pendiri Gojek, tidak memiliki pengalaman sebagai guru atau di bidang pendidikan,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, JK juga menyampaikan bahwa Mendikbud adalah orang yang hebat dan mempunyai prinsip-prinsip pendidikan Indonesia, seperti Ki Hajar Dewantara, Soemantri, Syarief Thayeb, Daoed Joesoef dan Fuad.
“Kalau kita lihat menteri pendidikan sebelumnya seperti Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa, Soemantri, Syarief Thayeb, semuanya ahli di bidang pendidikan,” kata JK.
Jusuf Kalla mengatakan: “Pendidikan selalu dipimpin oleh tokoh-tokoh dalam pendidikan. Begitu menteri tidak paham pendidikan dan malas peduli pendidikan, maka semuanya akan kacau.”
JK lantas menyinggung kinerja Nadiem yang disebut-sebut jarang berkunjung ke daerah.
Selain itu, JK juga membeberkan kelakuan Nadiem yang jarang datang menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Lalu ada Mas Nadiem yang belum punya pengalaman menjadi guru di Kemendikbud, belum pernah ke daerah itu, jarang ke kantor, kata JK.
Untuk itu, JK meminta presiden terpilih 2024, Prabowo Subianto, harus cermat dalam memilih menteri pendidikan dan kebudayaan serta orang yang berpengetahuan luas di bidang pendidikan.
“Karena anggaran yang dihadirkan ada puluhan, kalau general managernya seperti ini bagaimana bisa terjadi. Saya kira Pak Sekjen lebih tahu situasinya dibandingkan saya,” tegas JK.
“Pilihlah menteri yang memahami pendidikan untuk pemerintahan selanjutnya,” imbuhnya.
Menanggapi pernyataan JK, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Rahayu Saraswati menegaskan, Prabowo akan mencermati latar belakang dan status siapa pun yang dilantik menjadi menteri.
Sebab, mereka yang menjadi menteri harus mampu menjalankan program, visi dan misi Raka Rakabuming Prabowo-Gibran serta memahami birokrasi.
Sara mengatakan di Teater Jakarta, Jakarta, Minggu (9/8/2024): “Semua calon menteri, makanya lama sekali, karena pasti dilihat dari kapasitasnya, dilihat dari keseluruhan. dasar.” ), Kompas.com melaporkan.
“Semua itu harus kita lihat. Kita belum tahu siapa yang akan jadi (menteri), kita lihat saja. Lima menit ke depan bisa berubah,” kata Sara. Pengamat menilai kritik JK terhadap Nadiem ada benarnya
Direktur Eksekutif Center for Economic and Legal Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai penunjukan JK sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sudah tepat.
Karena permasalahannya bukan sekedar kekurangan, permasalahannya adalah perubahan dunia pendidikan dengan lebih banyak teknologi.
Namun hal ini menyangkut manajemen pendidikan dasar.
“Ini persoalan mendasar dalam pengelolaan pendidikan, sehingga dalam kritik tersebut Pak JK benar jika kita ke depan harus berhati-hati dalam memilih menteri pendidikan,” kata Bhima saat berdialog di Sapa Indonesia TV Pagi Kompas pada Senin (9 September 2024).
“Selanjutnya Mendikbud juga menambah tempat belanja makanan bergizi gratis. Ke depan akan banyak lapangan kerja baru, meski dengan persyaratan yang sangat tinggi,” imbuhnya.
Diakui Bhima, Nadiem memang sukses menjadi CEO layanan ojek online, namun menurutnya Nadiem bukan orang yang tepat untuk mengelola pendidikan.
Oleh karena itu, dia menyebut Nadiem banyak dikritik sejak pertama kali menjabat Mendikbud.
“Sejak awal sebenarnya banyak kritik yang menyebut Menteri Pendidikan saat ini Pak Nadiem terkesan tidak layak menduduki posisi Mendikbud.”
“Kita memang mendapatkan hasil dari pendidikan di rumah, tapi kita juga punya skala prioritas di bidang pendidikan, yang harus menjadi skala prioritas untuk ditingkatkan, seperti kualitas sumber daya manusia,” kata Bhima.
“Jadi bukan hanya ya, dia berasal dari startup yang cukup sukses saat itu, cukup besar, unicorn, dia menjabat Menteri Pendidikan, lalu posisi Menteri Pendidikan, yang menurut kami masalahnya hanya ketidaksesuaian. antara kebutuhan dunia usaha dan lulusan dunia pendidikan itu satu hal, tapi lebih dari itu,” kata Bhima.
(Tribunnews.com/Rifqah) (Kompas.com)