Banyaknya calon yang mengundurkan diri dari pemilu legislatif Prancis berdasarkan pantauan dan perkiraan kantor berita AFP menjelang batas waktu pendaftaran akhir Selasa (2/7) lalu.
Pada Minggu (30/6), lebih dari 300 dari 577 daerah pemilihan meloloskan tiga kandidat yang kini sedianya akan mengikuti putaran kedua berkat tingginya jumlah pemilih.
Kandidat peringkat ketiga akan meningkatkan peluang kandidat lain untuk mengalahkan kandidat dari partai populis sayap kanan Rassemblement National, RN, yang menguasai hampir separuh daerah pemilihan.
Pengunduran diri secara massal dapat membahayakan peluang RN untuk memenangkan mayoritas pada putaran kedua, menurut perhitungan situs berita Le Grand Continent. Namun, hasil pemilu sulit diprediksi karena bergantung pada tingkat partisipasi dan besarnya jumlah pemilih mengambang.
“Pada akhirnya, para pemilih Perancis akan mengambil keputusan berdasarkan hati nurani mereka dan bukan berdasarkan rekomendasi pemilu,” kata seorang penasihat Presiden Emmanuel Macron. “Namun, secara matematis, risiko mayoritas langsung untuk RN telah menurun.” Keputusan manajemen Marine Le Pen
Kantor berita AFP melaporkan bahwa daftar kandidat dari daftar kandidat mencakup 131 kandidat dari aliansi sayap kiri “Front Rakyat Baru” dan 82 kandidat dari aliansi “Untuk Republik Bersatu” yang berhaluan tengah. Beberapa kandidat dari partai politik lain mengundurkan diri dari pemilu karena berbagai alasan.
Sementara itu, Rassemblement National menuntut pembentukan pemerintahan berikutnya di Paris, meski tidak mendapat mayoritas absolut. Marine Le Pen, pemimpin RN, mengklaim partainya akan bekerja sama dengan partai politik lain dan menarik kelompok berbeda.
“Pemerintahan kami akan menjadi pemerintahan yang kompeten,” kata Le Pen. “Jika kami mendapat mandat mayoritas, kami akan melakukan apa yang diinginkan pemilih,” katanya.
Pernyataannya menarik Le Pen dari jalan yang diambil ketua RN Jordan Bardella, yang bersikeras bahwa dia hanya akan mengklaim jabatan perdana menteri jika dia memenangkan mayoritas.
“Jika kami memiliki sekitar 270 kursi dan membutuhkan 19 wakil lagi, kami akan beralih ke yang lain,” kata Le Pen, seraya menambahkan bahwa “beberapa wakil sayap kanan dan kiri telah menunjukkan bahwa mereka dekat dengan posisi kami.” Aliansi melawan populisme sayap kanan
Pembagian kursi di Majelis Nasional akan diputuskan pada pemilu putaran kedua Minggu depan. Dibutuhkan 289 dari 577 kursi di parlemen untuk mendapatkan mayoritas absolut.
Pemilu awal di Prancis diumumkan oleh Presiden Emmanuel Macron pada 9 Juni. Dia membubarkan parlemen setelah aliansi Partai Nasional yang populis sayap kanan memenangkan lebih dari 31 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa, mengalahkan blok berhaluan tengah yang dipimpinnya.
Berdasarkan jajak pendapat yang dipublikasikan pada Rabu (3/7) oleh lembaga penelitian Toluna Harris Interactive, RN hanya akan meraih antara 190 hingga 220 kursi di parlemen. Aliansi sayap kiri, yang disebut Front Rakyat Baru, diperkirakan memperoleh antara 159 dan 183 kursi, sedangkan kubu presidensial yang berhaluan tengah diperkirakan memperoleh antara 110 dan 135 kursi.
Untuk mengalahkan RN, Macron membentuk “Front Republik” untuk menggabungkan kekuatan guna menggagalkan populisme sayap kanan.
“Ada satu blok yang bisa memenangkan mayoritas absolut dan diklasifikasikan sebagai sayap kanan,” kata Perdana Menteri Gabriel Attal kepada radio France Inter, maka semuanya harus dilakukan.
“Sangat menjengkelkan melihat begitu banyak pemilih di Perancis yang harus memilih secara wajib untuk mencegah RN,” tambahnya. “Tetapi itu adalah tanggung jawab kita semua.”
Rzn/as (afp, dpa)