PBB telah menyerukan penyelidikan yang dapat diandalkan terhadap informasi tentang kuburan massal di Gaza
TRIBUNNEWS.COM- PBB menyerukan penyelidikan yang “kredibel” atas laporan kuburan massal di Gaza.
PBB pada hari Senin menggambarkan laporan kuburan massal di Gaza sebagai hal yang sangat meresahkan dan menyerukan penyelidikan yang kredibel terhadap lokasi kuburan massal tersebut, Anadolu Agency melaporkan.
Ketika ditanya tentang penemuan sedikitnya 283 mayat di kuburan massal, juru bicara Stephane Dujarric mengatakan pada konferensi pers: “Alasan lain, jika kita memerlukannya, adalah penyelidikan menyeluruh, dapat diandalkan, dan independen terhadap semua situs tersebut.” Di Rumah Sakit Nasser, selatan Khan Yunis.
Dujarric menegaskan kembali perlunya gencatan senjata untuk mengakhiri konflik di Gaza dan perlunya meningkatkan pekerja bantuan, menjaga rumah sakit, dan membebaskan sandera.
Sebuah kuburan massal ditemukan di depan rumah sakit pada hari Sabtu, setelah tentara Israel mundur dari kota tersebut pada tanggal 7 April setelah serangan darat selama empat bulan.
Pada 7 Oktober tahun lalu, Israel melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza setelah serangan perbatasan Hamas di Tel Aviv yang menewaskan hampir 1.200 orang.
Namun, Haaretz kemudian mengungkapkan bahwa helikopter dan tank tentara Israel telah menjadi sasaran perlawanan Palestina, menewaskan sebanyak 1.139 tentara dan warga sipil Israel.
Setidaknya 34.151 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dan 77.000 lainnya terluka dalam pembantaian tersebut dan kurangnya pasokan bahan pokok.
Menurut PBB, perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi karena kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, dan 60 persen infrastruktur wilayah tersebut telah rusak atau hancur.
Mahkamah Internasional, yang menuduh Israel melakukan genosida, mengeluarkan keputusan sementara pada bulan Januari yang memerintahkan negara tersebut untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk memastikan bantuan kemanusiaan dikirimkan ke warga sipil di Gaza.
(Sumber: Monitor Timur Tengah)