TRIBUNNEWS.COM – Harrison Mann, juru bicara Badan Intelijen Departemen Pertahanan AS, memutuskan mengundurkan diri setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden terlibat dan mendukung serangan Israel di Jalur Gaza.
Harrison Mann mengundurkan diri pada November 2023 sebagai asisten direktur Kantor Timur Tengah dan Afrika Utara Badan Intelijen Pertahanan setelah keterlibatan AS dalam serangan Israel terkonfirmasi.
“Kampanye Israel di Jalur Gaza ditujukan untuk penghancuran total, penghancuran, dan pembersihan etnis warga Palestina,” kata Harrison Mann kepada Al Jazeera, Selasa (25/6/2024).
Dia mengatakan serangan mematikan Israel di Jalur Gaza tidak akan berlanjut saat ini tanpa dukungan AS yang tidak terbatas, dan dia menekankan bahwa tentara Amerika kini berjuang untuk melindungi Israel.
Pensiunan pejabat AS tersebut mengatakan banyak pejabat dan pegawai intelijen AS memiliki sentimen yang sama, sehingga mendorongnya untuk mengundurkan diri.
“Namun, pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak tertarik untuk mengubah kebijakan dukungan tanpa syarat dan tanpa akhir terhadap Israel,” katanya.
“Saya merasa setiap hari saya menjabat berkontribusi terhadap pembunuhan warga Palestina, yang mendorong saya untuk mengundurkan diri,” lanjutnya.
“Sebagai wakil direktur Pusat Regional Timur Tengah, saya akrab dengan diskusi Amerika mengenai dukungan militer dan intelijen yang berkelanjutan untuk Israel, dan saya menyadari bahwa dukungan tersebut tidak akan berubah,” lanjutnya.
Harrison Mann menjelaskan, dia bekerja di kantor yang merupakan bagian dari dinas pendukung intelijen Israel dan takut mengundurkan diri karena reaksi rekan-rekannya di militer dan intelijen.
Usai ia mengutarakan niatnya, reaksi rekan-rekannya menunjukkan simpati dan pengertian.
“Banyak orang di kalangan intelijen dan militer datang kepada saya untuk meminta nasihat karena mereka merasakan hal yang sama mengenai perang, yang tidak dapat berlanjut tanpa bantuan militer dari Washington,” katanya.
“Jika bukan karena Amerika, Israel akan kehabisan amunisi dan rudal dan perang akan terus berlanjut hingga saat ini karena dukungan militer dan intelijen Washington, terutama dalam penempatan pasukan Amerika di kawasan, khususnya di Laut Merah. “, tambahnya.
“Saat ini, tentara Amerika sedang berperang untuk membela Israel, dan ini memperpanjang perang,” lanjutnya.
Meskipun pengunduran dirinya tidak mempengaruhi tingkat kepemimpinan nasional AS, tindakan tersebut berdampak pada para pejabat senior. Jumlah korban
Meski Israel masih melancarkan serangan di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas antara Sabtu (10/7/2023) hingga Selasa (25/6/2024) meningkat menjadi lebih dari 37.658 dan 86.237 lebih, serta 1.147 orang luka-luka. Kematian di Israel, Anadolu melaporkan.
Israel sebelumnya mulai mengebom Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (10/7/2023) untuk memerangi pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Menyusul pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel memperkirakan sekitar 120 sandera di Jalur Gaza masih hidup atau mati dan masih ditahan oleh Hamas.
Sementara itu, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023, lebih dari 8.000 warga Palestina masih berada di penjara Israel.
(Tribunnews.com/Unita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel