Bappenas: Penurunan Kemiskinan Ekstrem Belum Bisa Hingga Nol Persen Tahun Ini

Demikian dilansir jurnalis Tribunnews.com Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah menargetkan penurunan kemiskinan ekstrem hingga 0 persen pada tahun 2024. Namun Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (NDP)/Kepala Bappena Suharso Monoarfa memperkirakan target tersebut tidak akan tercapai pada tahun ini. .

Menurut dia, angka kemiskinan ekstrem setidaknya bisa mendekati 0,5 persen pada akhir tahun ini.

“Awal tahun kita [angka kemiskinan ekstrem] 0,8 atau akhir tahun lalu. Saya belum tahu untuk 3 bulan ke depan. Mungkin nanti BPS akan melakukannya,” kata Suharso saat ditemui di kompleks parlemen. . , Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

“Paling tidak kalau turun tajam 0,2-0,3 persen, paling tidak akhir tahun ini bisa mendekati 0,5 atau 0,6. Tapi paling tidak tahun depan bisa 0,” lanjutnya.

Menurut Suharso, angka yang perlu dicermati bukanlah tingkat kemiskinan ekstremnya, melainkan sejauh mana penurunannya. Karena ada orang lain dari kelompok lain.

“Iya kita lihat ada penurunan. Ada juga peningkatan jumlah penduduknya. Kemarin mereka bilang, kelompok rentan bertambah dari kelas menengah. Masyarakat yang akan menjadi kelas menengah juga bertambah. Kelas menengah sedikit berkurang. ,” dikatakan. . Suharso.

“Lalu saya bilang, kita tidak bisa melihatnya seperti itu. Bisa saja mereka bergerak ke sana. Dari pekerja formal lalu menjadi wirausaha,” lanjutnya.

Suharso menegaskan, dalam hal pengentasan kemiskinan ekstrem, Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil mengentaskannya.

Presiden Joko Widodo menyampaikan pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Gabungan DPR-DPD, Jumat (16/8/2024) bahwa angka kemiskinan ekstrem Indonesia akan turun menjadi 0,8 persen pada tahun 2024.

“Angka kemiskinan ekstrem bisa kita turunkan dari sebelumnya 6,1 persen menjadi 0,8 persen pada tahun 2024,” kata Jokowi.

Di tempat lain, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhajir Effendi mengatakan kemiskinan ekstrem akan turun hingga 0,83 persen pada Maret 2024.

Namun menurut peneliti Think Policy Indonesia Alexander Michael Tjahjadi, ukuran kemiskinan ekstrem di Indonesia masih mengacu pada paritas daya beli sebesar US$1,9 per hari.

Ini setara dengan Rp10.739 per orang per hari atau Rp322.170 per orang per bulan. Kesetaraan daya beli sebesar $1,9 per hari adalah standar tahun 2011.

Sementara itu, paritas daya beli global adalah $2,15 per hari pada tahun 2017.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *