TRIBUNNEWS.COM — Sebuah benda terbang asal Ukraina terbang di langit Polandia selama 33 menit sebelum akhirnya menghilang.
Penerbangan drone tersebut bertepatan dengan serangan besar-besaran Rusia ke wilayah Ukraina pada Senin (26/08/2028) pagi.
Menurut kantor berita Polandia RMF FM, yang dikutip oleh Pravda, pihak berwenang setempat mengatakan bahwa drone tersebut kemungkinan besar adalah drone Shahed Rusia.
Objek tersebut menghilang dari radar sekitar pukul 07:16 di atas komune Tyszowce. Pihak berwenang menyiapkan area pencarian di sana.
Polandia belum secara resmi mengumumkan jenis objek udara apa yang terbang di atas wilayahnya pada Senin pagi ketika Rusia melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Ukraina, ungkap media.
Namun, menurut RMF FM, militer secara tidak resmi mengklaim bahwa kemungkinan besar itu adalah drone kamikaze Shahed Rusia.
Pasukan Polandia juga dilaporkan melaporkan pelanggaran wilayah udara selama serangan rudal dan drone Rusia di Ukraina pada pagi hari tanggal 26 Agustus.
Maciej Klisz, komandan komando operasional angkatan bersenjata Polandia, mengatakan objek udara yang datang dari Ukraina tidak ditembak jatuh karena kondisi atmosfer. Serangan besar-besaran
Pada hari Senin, Rusia diperkirakan akan melakukan serangan besar-besaran terhadap lokasi industri di seluruh Ukraina.
Ratusan rudal kamikaze jarak jauh Rusia dan berbagai jenis drone terlibat dalam serangan tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan itu tepat sasaran.
Akibatnya, infrastruktur energi bermasalah karena hancur akibat serangan roket pasukan Vladimir Putin.
Walikota Kyiv Vitaly Klitschko melaporkan gangguan pasokan listrik di ibu kota Ukraina dan menyalahkan masalah pada jaringan listrik nasional.
Menteri Energi German Galushchenko menggambarkan situasi ini sebagai “sulit” dan menegaskan bahwa operator jaringan listrik telah meluncurkan pemadaman darurat untuk mengatasinya.
Sementara itu, Perdana Menteri Denis Chmigal mengatakan serangan tersebut telah melanda 15 wilayah Ukraina dan meminta donor senjata dari negara-negara Barat agar mengizinkan Kiev menggunakan senjata mereka untuk melakukan serangan di wilayah Rusia.