TRIBUNNEWS.COM, Israel – Israel dan Turki kini sedang tegang.
Bahkan pejabat senior Israel yakni Menteri Luar Negeri Israel Katz menyatakan nasib Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bisa sama tragisnya dengan nasib Saddam Hussein.
Saddam Hussein adalah presiden Irak yang memerintah dari tahun 1979 hingga 2003.
Dia ditangkap dan dieksekusi pada tahun 2006.
Rezim Saddam Hussein digulingkan oleh invasi pimpinan AS pada tahun 2003.
Dikatakan bahwa alasan jatuhnya Saddam Hussein adalah tindakan Amerika dan Israel di Irak.
“Erdogan mengancam akan menyerang Israel mengikuti jejak Saddam Hussein. Biarkan dia mengingat apa yang terjadi di sana dan bagaimana akhirnya,” tulis diplomat pertama Israel di X, menanggapi pernyataan Erdogan. Alasan kemarahan Israel
Sebelumnya pada Minggu (28/7/2024), Erdogan mengatakan warga Turki bisa masuk ke Israel seperti memasuki Nagorno-Karabakh dan Libya.
“Saat kami memasuki Karabakh dan Libya, kami akan melakukan hal yang sama terhadap mereka (Israel). Tidak ada yang mustahil. Kita harus kuat untuk mengambil langkah seperti itu,” katanya kepada saluran Hawk TV.
Menurut saluran televisi tersebut, Turkiye menegaskan kembali kesediaannya untuk mendukung Palestina dengan cara apa pun.
Media lokal mengenang bahwa pada November 2023, parlemen Turki menyetujui perpanjangan satu tahun misi angkatan bersenjata negaranya di Azerbaijan dalam kerangka pusat observasi gabungan Rusia-Turki, yang akan didirikan untuk memantau penghentian permusuhan di Azerbaijan. Januari 2021. Itu didirikan. Zona konflik Karabashka.
Selain itu, pada November 2023, parlemen Turki memperpanjang mandat kontingen militer negaranya di Libya selama 24 bulan.
Pasukan Turki tetap berada di Libya sesuai dengan perjanjian kerja sama militer dengan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya.
Erdogan juga mengatakan bahwa ketika Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pidato di depan Kongres AS pada 24 Juli, Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak menanggapi tawaran Turki untuk berpidato di depan parlemen.
Hubungan antara Israel dan Turki memburuk dengan cepat setelah dimulainya konflik Palestina-Israel pada Oktober 2023.
Kedua belah pihak terus-menerus mengejek dan menyalahkan satu sama lain.
Pada akhir Oktober 2023, Kementerian Luar Negeri Israel menarik kembali diplomatnya dari Ankara.
Turkiye juga memanggil duta besarnya dari Tel Aviv untuk berkonsultasi. Israel mungkin mengalami nasib yang sama seperti Nazi
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan jika Israel terus melakukan pembantaian di Gaza, maka nasibnya akan sama seperti Nazi.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Israel akan dimintai pertanggungjawaban oleh dunia seperti Nazi ketika mereka melakukan genosida pada Perang Dunia II.
“Sama seperti Nazi yang melakukan genosida akan dimintai pertanggungjawaban, mereka yang mencoba menghancurkan Palestina juga akan dimintai pertanggungjawaban,” tulis Kementerian Luar Negeri Turki dalam pernyataan yang dikutip surat kabar Hurriyet.
Dia berkata: “Umat manusia akan mendukung Palestina. Anda tidak akan mampu menghancurkan Palestina.”
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan Presiden Recep Tayyip Erdogan adalah suara hati nurani umat manusia.
Mereka yang berusaha membungkam suara Erdogan berada dalam keadaan panik, kata Fidan.
“Sejarah berakhir dengan cara yang sama bagi semua pelaku genosida dan pendukungnya,” kata Fidan.
Akif Çağate Kılıç, kepala penasihat kebijakan luar negeri dan keamanan Kepresidenan, juga mengatakan bahwa selama Erdogan mendukung kaum tertindas, “orang-orang gila pembunuh ini akan tetap ada.”
“Mereka percaya bahwa dengan pernyataan mereka yang tidak tahu malu dan arogan, mereka dapat membungkam suara kami yang membela keadilan dan membela kaum tertindas,” kata Kilic.
“Netanyahu dan anggota kabinetnya, seperti semua pelaku genosida, akan berakhir di tong sampah sejarah,” katanya.