Israel mencoba mengendalikan Koridor Philadelphia, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mesir memeriksa perbatasan Gaza
TRIBUNNEWS.COM – Kepala Staf Angkatan Bersenjata Mesir, Letjen Ahmed Khalifa, melakukan kunjungan mendadak untuk meninjau situasi keamanan dan langkah-langkah keamanan di perbatasan dengan Jalur Gaza (inspeksi mendadak/Sidak). Juru bicara militer Mesir pada Kamis (5/9/2024).
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa perjalanan yang bertujuan untuk memeriksa langkah-langkah keamanan di arah strategis timur laut negara itu dimulai dengan perjalanan inspeksi pasukan yang menjamin keamanan titik perlintasan perbatasan Rafah.
Dalam kunjungan tersebut, Kepala Staf Umum Militer Mesir menegaskan bahwa misi utama Angkatan Bersenjata Mesir adalah melindungi perbatasan negara di segala arah strategis.
“Angkatan bersenjata mampu menjaga perbatasan tanah air secara turun temurun,” ujarnya, Kamis (9/5/2024) di Ahram.
Ahmed Khalifa menekankan pentingnya memiliki ilmu dan ketekunan serta kebugaran jasmani yang tinggi agar personel TNI dapat melaksanakan segala tugas dengan profesionalisme yang tinggi.
Menurut informasi, ia berdialog dengan sejumlah personel militer dan mendengarkan pendapat serta pertanyaan mereka tentang berbagai topik.
Ahmad Khalifa memeriksa sistem keamanan di perbatasan timur laut, serta kondisi kehidupan dan manajemen militer.
Beliau juga mendengarkan penjelasan tentang kerja dan koordinasi antara semua spesialisasi untuk mencapai kendali penuh atas perbatasan internasional 24 jam sehari.
“Letnan Jenderal Ahmed Khalifa juga makan malam bersama pasukan di salah satu pos di Garis Perbatasan Internasional dan menginstruksikan mereka untuk menyadari tugas-tugas yang bergantung pada kewaspadaan tinggi dan kemampuan untuk menangani semua keadaan darurat.” katanya. Garis perbatasan antara Mesir dan Rafah, wilayah Palestina yang diduduki Israel. Garis ini dikenal sebagai Koridor Philadelphia, yang ingin dikendalikan Israel dan membuat marah negara-negara Arab. (pengamat omni) Alasan Israel bersikeras mempertahankan kendali Koridor Philadelphia
Inspeksi Letjen Ahmed Khalifa dilakukan ketika Israel bersikeras mempertahankan Koridor Philadelphia.
Desakan tersebut menyebabkan perundingan gencatan senjata di Gaza kembali terhenti.
Koridor atau perlintasan perbatasan antara Gaza dan Mesir menjadi titik perdebatan dalam perundingan.
Kesepakatan hampir tercapai pada akhir Mei. Isinya tentang perjanjian yang mencakup penarikan pasukan Israel dari Gaza, pembebasan sekitar 90 tahanan kelompok Hamas di Gaza, dan pembebasan ratusan warga Palestina dari penjara Israel.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian menambahkan empat syarat yang tidak dapat dinegosiasikan.
Hal ini termasuk mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia sepanjang 9 mil di sepanjang perbatasan Mesir. A
Pada Senin (2/9/2024), Netanyahu kembali menegaskan bahwa poros kejahatan memerlukan Koridor Philadelphia. Untuk itu dia harus mengendalikannya. Peta koridor Philadelphia dan penyeberangan Rafah yang ingin dikuasai Israel dan tidak ingin menyerahkan kendali wilayah tersebut kepada Mesir. (jn/rekaman layar)
“Hamas bersikeras bahwa kami tidak berada di sana, dan itulah mengapa saya bersikeras agar kami berada di sana,” kata Perdana Menteri Israel seperti dikutip Al Jazeera, Kamis (9/5/2024).
Netanyahu mengatakan Hamas bisa menyelundupkan barang dan bahkan senjata melalui Philadelphia sebelum 7 Oktober 2023.
Hal ini menyebabkan para kritikus percaya bahwa tuntutan Netanyahu pada menit-menit terakhir lebih berkaitan dengan upaya untuk melanjutkan perang di Gaza dibandingkan dengan masalah keamanan yang sebenarnya.
“Pada dasarnya itulah alasan yang digunakan Netanyahu saat ini,” Zachary Lockman, pakar Palestina-Israel di Universitas New York, mengatakan kepada Al Jazeera.
“Dia mencari dalih apa pun yang bisa digunakan untuk mencegah perjanjian dana talangan atau gencatan senjata,” katanya.
Netanyahu telah dikritik di dalam negeri oleh tokoh-tokoh seperti Menteri Pertahanan dan anggota partai Likud Yoav Gallant.
“Merupakan aib moral jika kami memprioritaskan koridor Philadelphia dibandingkan mengorbankan nyawa para sandera,” kata Gallant kepada para menteri.
Beberapa pejabat militer mengkritik keputusan Netanyahu dari sudut pandang strategis.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi mengatakan bahwa pengerahan pasukan ke Koridor Philadelphia membuat mereka menghadapi risiko yang tidak perlu.
(oln/ahrm/kmpscm/*)