Netanyahu: Israel akan Hadapi Hari-hari Sulit setelah Serang Hizbullah Lebanon

TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sedang menghadapi masa-masa sulit setelah militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Lebanon pada Senin (23/9/2024).

492 orang tewas dalam serangan itu dan lebih dari 1.645 orang terluka.

“Israel berada di tengah-tengah masa yang kompleks,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan dari ruang operasi Kementerian Pertahanan pada hari Senin.

“Saya berjanji bahwa Israel akan mengubah perimbangan kekuatan di utara, dan itulah yang kami lakukan,” lanjutnya.

Ia menegaskan, Israel tidak akan menunggu ancaman Hizbullah datang, dan memilih untuk mencegahnya.

“Israel tidak menunggu ancaman-ancaman ini, namun mengantisipasinya kapan saja dan di mana saja,” katanya, menurut Al Jazeera.

Netanyahu mengatakan kemarin bahwa serangan besar di Lebanon bertujuan untuk menghancurkan senjata yang mungkin digunakan Hizbullah untuk menyerang Israel.

“Angkatan Udara Israel menghancurkan ribuan rudal yang ditujukan ke kota-kota Israel,” katanya.

Menurut laporan, Netanyahu telah berada di markas angkatan udara Kementerian Pertahanan di Tel Aviv sejak pagi untuk memantau serangan di Lebanon.

Sebelumnya pada Senin malam, militer Israel mengumumkan bahwa mereka telah mengebom 1.300 sasaran Hizbullah di Lebanon dalam waktu 24 jam.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yves Gallant mengatakan tentara Israel menghancurkan apa yang dibangun Hizbullah 20 tahun lalu.

“Kami menyerang target dan bersiap untuk fase berikutnya,” kata Hugh Gallant dalam sebuah pernyataan dari komando operasi pada hari Senin.

Tentara Israel tidak mengesampingkan invasi darat ke Lebanon, dan Yves Gallant yakin Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mulai kehilangan prajurit terbaiknya.

Dia melanjutkan: “Hassan Nasrallah, sekretaris jenderal Hizbullah, dibiarkan sendirian, dan semua kekuatan Radwan berada di luar lingkaran.”

Sebelumnya, pada Jumat (20/9/2024), Israel membunuh 16 anggota tentara Radwan Hizbullah dalam serangan udara, termasuk dua komandan senior, Ibrahim Akil dan Ahmed Wubi.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat dalam memerangi Israel di Lebanon selatan dan wilayah pendudukan Palestina.

Hizbullah berjanji akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Jumlah korban tewas di Jalur Gaza

Kini Israel masih terus melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah warga Palestina melebihi 41.455 orang, dan 95.878 orang luka-luka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (23/9/2024). Agensi Andolo menyebutkan 1.177 orang tewas di Israel.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza pada Sabtu (7/10/2023) setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi “Slack Flood” sebagai respons atas pendudukan dan kekerasan Israel sejak tahun 1948.

Setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023, Israel mengklaim ada 101 orang yang ditahan Hamas di Jalur Gaza.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lainnya terkait konflik Palestina-Israel

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *