TRIBUNNEWS.COM – Israel Ancam Serang Lebanon
Namun hal ini tidak membuat masyarakat Lebanon takut.
Faktanya, mereka hidup seperti biasa.
Saat cuaca panas melanda Lebanon, warga berbondong-bondong ke pantai untuk menenangkan diri.
Seorang reporter Anadolu mewawancarai warga Tirana yang sedang berenang di laut.
Ryan Fayed, warga Lebanon asal Abidjan, Pantai Gading, mengaku sedang berlibur di Pantai Tire.
Saat ditanya mengenai ancaman dari Israel, dia mengaku tidak takut.
“Semua orang senang, tidak ada yang perlu takut, masyarakat hidup seperti biasa,” ujarnya, dikutip Anatolu Anjanci.
Warga lainnya, Abdullah Yahya, secara halus merujuk pada Hizbullah, dengan mengatakan bahwa ada kekuatan di Lebanon untuk mencegah Israel menargetkan warga sipil.
Dengan demikian, masyarakat tetap melanjutkan kehidupan normalnya.
Meski rumah Yahya dekat dengan Israel, ia mengatakan ancaman Israel tidak mempengaruhi hidupnya.
“Rumah kami dekat sekali dengan Israel. Namun kami tetap keluar, datang ke Tirus dan hidup seperti dulu,” kata Yahya.
Selama 10 bulan terakhir, Israel dan kelompok Hizbullah saling serang di sepanjang perbatasan sepanjang 120 kilometer.
Ketegangan semakin meningkat setelah kawasan Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan diserang rudal.
Pada Sabtu (27/7/2024), 12 orang tewas dalam serangan rudal di stadion sepak bola di kota tersebut.
Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan itu, yang menurut kelompok Lebanon menargetkan kota itu dengan “roket Iran”.
Perdana Menteri pendudukan Israel Benjamin Netanyahu juga bersumpah akan membalas serangan tersebut.
“Israel tidak akan membiarkan serangan mematikan ini tidak terjawab dan Hizbullah akan menanggung akibatnya, harga yang tidak akan pernah mereka bayar,” menurut pernyataan dari kantornya yang dikutip oleh Al Mayadeen.
Namun Hizbullah membantah terlibat dalam serangan itu.
“Kami sepenuhnya menyangkal tuduhan yang dilontarkan terhadap Majdal Shams oleh beberapa media yang bermusuhan dan berbagai platform media,” kata Hizbullah.
“Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan anti-Islam,” tegasnya. Netanyahu digulingkan segera setelah Majdal Shams tiba
Netanyahu tiba di Majdal Shams, tempat 12 anak tewas dalam serangan brutal di lapangan sepak bola desa tersebut, ditemani oleh konvoi pejabat keamanan senior.
Alih-alih disambut, warga Suriah yang tinggal di Majdal Shams di Golan Suriah yang diduduki Israel malah berusaha mengusir Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dari desa tersebut.
Para pengunjuk rasa menyerang perdana menteri Israel, menuduhnya sebagai “pembunuh bayi” dan “penjahat”.
Kunjungan Netanyahu ke kota itu berlangsung tidak lebih dari 15 menit.
Keluarga korban serangan rudal juga menolak bertemu dengan Netanyahu.
“Para pejabat mencoba mengatur pertemuan antara perdana menteri dan keluarga korban, namun gagal karena keluarga menolak,” tulis Haaretz.
Kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah semakin meningkat di tengah serangan lintas batas antara kedua pihak.
Sejak 7 Oktober 2023, serangan meningkat karena Hizbullah mendukung sekutunya, Hamas.
Di Lebanon, 511 orang tewas dalam kekerasan lintas batas sejak Oktober.
Kebanyakan dari mereka adalah militan, namun 104 lainnya adalah warga sipil.
Sebagian besar kekerasan ini terjadi di wilayah perbatasan.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel lain terkait Lebanon dan Israel