Pemerintah Larang Jual Rokok Eceran, Berikut Rincian Aturannya dalam PP Kesehatan

TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang melarang penjualan eceran rokok dan membatasi iklan rokok serta peringatan kesehatan pada kemasan rokok.

Aturan pengendalian zat adiktif pada produk tembakau diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

Kepala Biro Hukum Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Indah Febrianti menjelaskan, pengaturan penjualan eceran produk tembakau bertujuan untuk mengurangi konsumsi rokok.

Pasalnya dampak negatif produk tembakau dapat menjadi ancaman bagi kesehatan.

Perlu diingat bahwa merokok dapat menyebabkan beberapa gangguan pernafasan, seperti bronkitis kronis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Paparan asap rokok yang terus-menerus akan merusak jaringan paru-paru dan mengganggu fungsi paru-paru.

Sedangkan untuk bahan tembakau, peraturan pelarangan penjualan eceran merupakan bagian dari upaya pengendalian dampak buruk tembakau dengan mencegah konsumsinya, jelas Inda dari Healthnegeriku.kemkes.go.id, Rabu (8/7/2024).

Pengawasan terhadap zat narkotika pada produk mengandung atau tidak mengandung tembakau, baik rokok maupun bentuk narkotika lainnya, diatur dalam Bab II Bagian Dua Puluh Satu Pasal 429 sampai dengan Pasal 463 yang memberikan perlindungan terhadap zat narkotika.

Aturan penjualan tembakau diatur dalam Pasal 434(1), yang melarang siapa pun menjual produk tembakau dan rokok elektronik: menggunakan mesin swalayan; Kepada setiap orang yang berumur dibawah 21 (dua puluh satu) tahun dan ibu hamil; Secara eceran dalam bentuk batangan, tidak termasuk hasil tembakau berupa sigaret dan rokok elektrik; Dengan menempatkan produk tembakau dan rokok elektronik di sekitar pintu masuk dan keluar atau di tempat yang sering dikunjungi; Dalam radius 200 (dua ratus) meter dari satuan pendidikan dan tempat bermain anak; dan Penggunaan layanan website atau aplikasi e-commerce dan media sosial.

Ketentuan larangan penjualan melalui website atau aplikasi e-commerce sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dikesampingkan apabila dilakukan uji usia.

“Peraturan tentang Pengawasan Produk Tembakau dan Rokok Elektronik merupakan salah satu item terbaru dalam PP Nomor 28 Tahun 2024,” jelas Indah.

Selain itu, penempatan gambar dan tulisan peringatan kesehatan pada kemasan tembakau diatur dalam Pasal 438 ayat 438.

Pasal ini mengatur peringatan kesehatan sebesar 50 persen harus dicantumkan pada bagian depan dan belakang kemasan.

Gambar ini harus diawali dengan kata “PERINGATAN” yang dicetak dengan huruf kuning dengan latar belakang hitam.

Selain itu, gambar harus dicetak seluruhnya atau sebagian dengan jelas dan terbaca.

Gambar juga harus dicetak berwarna dan tidak ditutupi apapun.

Tidak hanya itu, peraturan kesehatan juga membatasi iklan produk tembakau dan rokok elektronik.

Pada media luar ruang, iklan tidak boleh ditempatkan di area merokok, termasuk fasilitas kesehatan, tempat proses pendidikan, tempat bermain anak, tempat ibadah, dan angkutan umum.

Iklan juga tidak boleh dipasang di jalan utama dan jalan protokol atau dalam radius 500 meter di luar lembaga pendidikan dan taman bermain anak (Pasal 449 ayat 1).

Media iklan luar ruang berupa videotron hanya ditayangkan mulai pukul 22.00 hingga 05.00 waktu setempat.

Pasal 451 (1) Iklan Produk Tembakau dan Rokok Elektronik pada media televisi paling sedikit 10 persen dari total durasi iklan dan paling sedikit 2 detik, atau ukuran iklan televisi dan media massa berbentuk layar penuh. tidak kurang dari 15 persen dari total luas area periklanan.

Mirip dengan aturan periklanan tembakau Videotron, iklan TV dan radio hanya boleh ditayangkan atau disiarkan antara pukul 22.00 hingga 05.00 waktu setempat.

Seluruh iklan juga harus memenuhi persyaratan, antara lain terdapat tulisan “tidak untuk diperjualbelikan atau dibagikan kepada orang di bawah usia 2 tahun atau ibu hamil,” tidak ditujukan kepada anak-anak, remaja dan/atau ibu hamil, serta tidak menggunakan gambar kartun atau animasi. sebagai bentuk periklanan.

(Tribunnews.com/Latifa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *