Tribun News.com, Karamatjati – Dari tujuh pemuda yang ditemukan mengambang di Kali Bekasi, baru dua jenazah yang berhasil teridentifikasi.
Kedua jenazah tersebut diketahui bernama Muhammad Rizki (19) dan seorang remaja putra bernama AD (16).
Polari Pisdox Krudokpol, Brigjen Newman Adipurnama Weerawan, mengatakan identifikasi terhambat karena membusuknya jenazah dan kurangnya data pembanding.
Dalam hal identifikasi sidik jari, sulit untuk mencocokkan data visum dengan tubuh korban karena jenazah telah mengalami pembusukan.
“Fingerprinting makin sulit karena keadaan saat itu (jenazah) sudah membusuk. Tapi upaya masih terus dilakukan,” kata Newman saat dikonfirmasi, Rabu (25/9/2024).
Upaya identifikasi dengan membandingkan data gigi juga terhambat karena data pembanding masa lalu yang diberikan oleh keluarga korban kepada tim DVI sangat sedikit.
Sementara tim DVI memerlukan data pembanding gigi korban yang berasal dari rekam medis pemeriksaan gigi korban semasa hidup, atau foto-foto yang dapat menunjukkan kondisi gigi korban.
Sejauh ini, baru dua jenazah yang teridentifikasi berdasarkan data sidik jari dan gigi, yakni Muhammad Rizki (19) dan seorang remaja laki-laki berinisial AD (16).
Soal giginya, kesulitannya adalah detail giginya saat korban masih hidup tidak benar. Dia berkata.
Newman mengatakan perbandingan gigi korban semasa hidupnya tidak memadai, sehingga sulit untuk mencocokkan data post-mortem.
Informasi dari kerabat dekat, seperti kondisi gigi depan almarhum yang berlubang, tidak dapat ditampilkan secara pasti, karena banyak orang mungkin memiliki kondisi gigi yang sama.
“Banyak foto gigi (yang masih hidup) dalam kondisi sakit, yang bisa jadi mengarah pada keberadaannya, tapi kami belum bisa memastikannya secara detail,” ujarnya.
Sedangkan identifikasi dengan membandingkan data DNA antemortem keluarga korban dengan data postmortem tubuh korban memerlukan waktu karena melalui serangkaian prosedur.
Meski demikian, tim DVI RS Polri Karamatjati memastikan akan terus berupaya mengidentifikasi lima jenazah yang belum teridentifikasi tersebut.
Tim DVI menyampaikan, yang terpenting dalam proses identifikasi adalah ketepatan, bukan kecepatan, yang tujuannya agar jenazah dapat diserahkan kepada keluarga terdekat dengan cara yang benar.
“DNA butuh waktu meski semua sampel sudah diambil. Tujuan menentukan suatu identitas adalah akurasi, bukan kecepatan. Jadi kita harus benar-benar yakin,” lanjut Newman.
Pengarang: Bima Putra
Artikel ini dimuat di TribunJakarta.com dengan keterbatasan data pembanding yang minim untuk identifikasi jenazah membusuk dan korban Sungai Bekasi.