Laporan reporter Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor industri pengolahan nonmigas memberikan kontribusi sebesar 17,47 persen terhadap PDB nasional pada triwulan I tahun 2024, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,64 persen dan tarif pajak umum sebesar 26,9 persen.
Selain itu, ketersediaan investasi pada industri pengolahan pada periode ini mencapai 38,73 persen dengan nilai Rp155,5 triliun.
Di luar negeri, di luar industri migas, ekspor Semester I tahun 2024 mencapai 91,65 miliar dolar AS atau setara 73,27 persen dari total ekspor.
Meski kontribusi sektor manufaktur bagus, namun tidak berbanding lurus dengan penyerapan tenaga kerja industri.
Berdasarkan kajian yang dilakukan BSKJI bersama organisasi dan pakar pada tahun 2023, kontribusi jasa industri diperkirakan sebesar 3,35 – 3,75 persen terhadap PDB nasional selama tahun 2015-2022.
Andy Rizaldi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, mengatakan tren global menunjukkan banyak industri manufaktur di berbagai negara yang mengalami penurunan.
Tren kerja sama produksi global menurun, ada yang turun signifikan, ada yang tenggelam dan sebagainya. Kemungkinan besar juga akan beralih ke kegiatan manufaktur, kata Andy, Selasa, di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta. 23/7/2024).
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang berencana meningkatkan kontribusi industri terhadap PDB nasional sebesar 8 persen.
“Jadi kalau dilihat kontribusinya, angkanya sekitar 3 persen, mudah-mudahan angkanya 8 persen,” kata Menkeu. Faktanya, seperti Singapura, Korea, dan Jepang, kontribusi sektor manufaktur semakin menurun. Khususnya di bidang jasa,” kata Andi.
Seiring berjalannya waktu, Andi banyak menjajaki bidang bisnis baru, termasuk platform digital.
“Contohnya platform digital, dulu belum ada bisnisnya, dan dengan majunya industri, ada kemungkinan industri itu akan berkembang. Jadi tidak pernah ada kemungkinan belum pernah dibaca atau belum dibaca. akan dibaca,” jelasnya.