TRIBUNNEWS.COM – Televisi pemerintah Iran baru-baru ini memberitakan hasil investigasi yang menyimpulkan penyebab kematian mantan Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan pesawat.
Seluruh penumpang tewas, termasuk Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian serta beberapa lainnya.
Rombongan mula-mula terbang dari perbatasan Iran-Azerbaijan, kemudian mendarat di barat daya kota Uzi di barat laut Iran pada Minggu (19/5/2024).
Penyelidikan terakhir atas kematian Raisi menyimpulkan bahwa helikopter yang membawanya jatuh karena cuaca buruk, demikian laporan televisi pemerintah Iran, Minggu (1/9/2024), seperti dikutip shafaq.
Sebelumnya, Dewan Penyelidik Tertinggi Iran mengatakan “tidak mungkin” kerusakan menyebabkan jatuhnya mantan Presiden Raisi.
Dalam laporan berikutnya tentang kejadian ini, Dewan Tertinggi mengeluarkan catatan.
Berdasarkan uji sampel potongan dan bagian helikopter, pola sebaran puing, dan jarak berbagai bagian tersebut dari badan utama, kemungkinan ledakan disebabkan oleh kerusakan selama penerbangan sebelum menyentuh lereng. . Kemiringannya kecil.
Menurut laporan para ahli, tidak ada bukti peperangan elektronik yang terlihat pada helikopter yang beruntung itu.
“Sebagian besar catatan dan materi terkait perbaikan dan pemeliharaan helikopter telah diperiksa dengan cermat dan tidak ada cacat yang dapat menyebabkan kecelakaan terkait perbaikan dan pemeliharaan.”
Laporan cuaca dan cuaca untuk tanggal 30 Mei dari bandara Tabriz (titik keberangkatan) ke grup penerbangan pertama dan kedua (Jembatan Aghband dan Bendungan Qiz Qal’eh) hingga pukul 08.50 menunjukkan kondisi penerbangan yang baik, meskipun diperlukan penyelidikan. berdasarkan dokumen terbaru yang ditemukan dan keterangan pilot serta penumpang dua helikopter lainnya.
Kesimpulannya, laporan tersebut mencatat bahwa helikopter yang membawa Presiden Raisi penuh dengan penumpang dan perlengkapan.
Artinya sesuai dengan berat normal maksimum helikopter pada awal penerbangan dan selama penerbangan dari titik keberangkatan ke titik tujuan dan rute pulang. situasi militer Iran
Seperti diberitakan Tribunnews sebelumnya, sepuluh hari setelah jatuhnya helikopter yang membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi pada 19 Mei 2024, hasil investigasi penyebab peristiwa tragis tersebut akhirnya keluar.
Menurut Kantor Berita Pusat Iran (IRNA), penyelidik militer Iran mengonfirmasi bahwa insiden tersebut tidak dimotivasi oleh sabotase atau serangan dunia maya.
Hal itu diungkapkan Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran setelah tidak menemukan bukti adanya ledakan atau hal mencurigakan yang mengancam nyawa Presiden Ebrahim Raisi.
Pada Rabu (29/5/2024), Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran merilis laporan kedua mengenai jatuhnya helikopter yang menewaskan Menteri Luar Negeri Hossein Amirabdollahian.
Oleh karena itu, berdasarkan model dan pengujian yang dilakukan terhadap puing-puing dan bagian-bagian helikopter, serta model sebaran puing-puing dari badan utama, penyidik dapat menyimpulkan bahwa situasi ledakan akibat kehancuran tersebut dapat terjadi. ditolak.
Selain itu, penyidik memeriksa secara cermat sebagian besar dokumen terkait pemeliharaan helikopter yang digunakan Presiden Iran tersebut.
Dia melanjutkan, tentara mengatakan mereka belum menemukan kemungkinan masalah dalam kecelakaan itu.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada kelalaian terkait kemampuan helikopter tersebut.
Hasil penyelidikan menunjukkan tidak terdapat pelanggaran terhadap kondisi pembebanan normal yang boleh digunakan selama penerbangan dan antara jalur penerbangan dan jalur pulang.
Militer menekankan bahwa dalam hal kemampuan operasional, semua faktor yang ada berada “dalam batas yang dapat diterima”.
Ditambahkannya, rekaman percakapan antara awak pesawat menunjukkan bahwa komunikasi terakhir dengan pilot hingga saat kejadian dan ketika mereka berhenti merespons berlangsung selama 69 detik dan tidak ada alarm yang terekam pada saat itu.
Melalui penyelidikan ini, penyelidik militer juga membantah tuduhan adanya gangguan pada sistem komunikasi atau mengganggu frekuensi helikopter.
Mereka menunjukkan bahwa selama penerbangan dan hingga 69 detik sebelum kecelakaan, kontak dengan pesawat tetap terjaga pada frekuensi tertentu.
Laporan tersebut juga menegaskan bahwa tidak ada tanda-tanda serangan siber terhadap helikopter kepresidenan.
Kapolri yang pertama kali melaporkan kejadian tersebut pada 24 Mei lalu mengatakan, penyelidikan akan terus dilakukan hingga penyebab kecelakaan ditemukan dan hasilnya terungkap.
(Tribunnews.com/ Chrysnha, Bobby)