Kunci Jawaban Sejarah Kelas 12 SMA Halaman 103 dan 104 Kurikulum Merdeka: Asesmen Soal Esai

TRIBUNNEWS.COM – Di bawah ini adalah kunci jawaban Sejarah SMA Kelas 12 halaman 103 dan 104 Kurikulum Merdeka.

Kunci jawaban dari pertanyaan tersebut terdapat pada Buku Sejarah SMA/MA Kelas XII karya Indah Wahyu Puji Utami.

Artikel ini berisi kunci jawaban pertanyaan di halaman 103 104.

Soal ini ada pada bagian Penilaian Soal Esai.

Kunci jawaban ini dikirimkan kepada orang tua atau wali sebagai pedoman dalam mengoreksi hasil belajar anaknya.

Sebelum melihat kunci jawaban dibawah ini, Siswa harus menjawab pertanyaan itu sendiri.

Singkatnya, Berikut kunci jawaban Sejarah SMA Kelas 12 halaman 103 dan 104 Kurikulum Mandiri yang dikutip Tribunnews.com dari Buku Guru dan Siswa: Penilaian Soal Esai.

1. Fokus pada gambar dan sumber narasi berikut. Gambar 2.20 Delegasi Kowani (Kongres Perempuan Indonesia) pada Konferensi Perempuan Asia Afrika tahun 1958 di Kolombo. Dari kiri ke kanan: Nani Soewondo, S.K. Trimurti, Soehartini, Maria Ulfah Santoso; Hurustiati Soebandrio, Nyonya. Soejono Prawirobismo, Ny. Ilyas Sutan Pangeran dan Kartini K. Radjasa.

Pasca Konferensi Asia Afrika tahun 1955, gerakan perempuan semakin vokal di kancah internasional. Isu perempuan pertama kali dibahas pada Konferensi Solidaritas Asia-Afrika yang diadakan di Kairo pada tahun 1957. Pada konferensi itu, Maria Ulfah Santoso menjadi ketua delegasi Indonesia. Pada saat itu, Beliau adalah ketua Kowani atau Kongres Perempuan Indonesia, sebuah contact group yang mempertemukan organisasi-organisasi perempuan di Indonesia, dan merupakan salah satu penggagas utama Konferensi Perempuan Asia-Afrika pada tahun 1958.

Terinspirasi dari Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, konferensi ini mempertemukan permasalahan utama yang dihadapi perempuan dan anak di negara-negara Asia dan Afrika. Kongres Perempuan Indonesia merupakan salah satu dari lima penggagas konferensi tersebut, yaitu Persatuan Liga Perempuan Myanmar, Konferensi Wanita Ceylon Itu adalah salah satu dari lima penggagas konferensi bersama dengan Konferensi Wanita Seluruh India dan Asosiasi Wanita Nasional Pakistan. Sebanyak 120 delegasi dari 18 negara di Asia dan Afrika hadir. Kesehatan Pendidikan Perempuan dan Kewarganegaraan; Perdagangan perempuan dan anak; urusan ketenagakerjaan Isu kerjasama erat antara perempuan Asia dan Afrika dibahas.

Referensi: Utama, W.S. (2022). “Maria Ulfah dan Dunia Kolonial Asia yang Berperikemanusiaan” di Tirto.id. https://tirto.id/maria-ulfah-dan-dunia-poskolonial-asia-yang-humanis-gpFC.

Dengan mencermati gambaran dan referensi di atas, mengkaji posisi dan peran aktivis dan organisasi Kowani dalam konstelasi gerakan perempuan Asia-Afrika di tengah Perang Dingin.

Kunci Jawaban:

Dalam foto terdapat delapan anggota atau aktivis Kowani yang menjadi delegasi Indonesia pada Kongres Perempuan Asia-Afrika tahun 1958 di Kolombo. Cabaya di foto. kain batik atau kain tas; Dia terlihat di foto mengenakan sanggul dan riasan yang sesuai. Para perempuan ini tampak percaya diri dengan identitas mereka seperti perempuan Indonesia. Perempuan-perempuan tersebut merupakan sebagian kecil dari perempuan Indonesia yang terpelajar dan memiliki jaringan yang baik, sehingga mereka berkesempatan mewakili Kowani dan Indonesia pada konferensi-konferensi penting di Asia dan Afrika.

Perempuan-perempuan ini termasuk perempuan yang progresif atau berpikiran maju pada masanya. Kowani memainkan peran penting dalam gerakan perempuan selama periode ini dan merupakan salah satu penggagas Kongres Perempuan Asia-Afrika yang pertama. Diantara keterbatasan dan kedudukan perempuan dalam masa yang diremehkan, perempuan tersebut mempunyai kesehatan, Pendidikan Perempuan dan Kewarganegaraan; perbudakan Perdagangan perempuan dan anak; Isu-isu penting dan relevan, termasuk isu ketenagakerjaan, dibahas hari ini. Kerjasama yang erat antara perempuan Asia dan Afrika.

Penting untuk mempertimbangkan status perempuan sebagai inferior dibandingkan laki-laki dalam konteks Perang Dingin dan perebutan pengaruh antara Barat dan Timur. Melalui Kongres Perempuan Asia-Afrika, para perempuan ini telah menunjukkan bahwa perempuan Asia-Afrika memiliki tingkat persatuan yang tinggi dan berperan penting dalam mendorong berbagai diskusi mengenai berbagai isu terkait perempuan.

2. Di era demokrasi terpimpin, terjadi perbedaan pendapat di antara partai-partai Sukarno-Hatta karena perbedaan pandangan politik. Mengapa Hatta tidak setuju dengan Sukarno tentang demokrasi terpimpin?

Kunci Jawaban:

Hatta sangat aktif dalam gerakan nasionalis Indonesia dalam perjuangan demokrasi kerakyatan di Indonesia. per hektar Kemerdekaan Indonesia mewujudkan berakhirnya “kedaulatan” dan dimulainya “kedaulatan rakyat” dalam parlemen yang demokratis. Oleh karena itu, Hatta tidak cocok dengan demokrasi terpimpin yang memusatkan kekuasaan di tangan Sukarno. Demokrasi terpimpin memberi peluang bagi Sukarno untuk menjadi pemimpin otoriter, dan bertentangan dengan gagasan Hatter tentang demokrasi.

3. Pada era demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. Banyak terjadi gangguan di wilayah tersebut. Mengapa ini terjadi?

Kunci Jawaban:

Konflik atau konflik daerah yang terjadi di Indonesia pada era demokrasi liberal dan demokrasi otoriter banyak yang berakar dari konflik-konflik sebelumnya seperti revolusi fisik. Misalnya saja Pemberontakan DI/TII Kartosuwiryo dan belum terselesaikannya persoalan masa Demokrasi Liberal hingga Demokrasi Terpimpin yang menimbulkan keresahan di wilayah tersebut. Selain itu, pada tahun 1950-an, Indonesia berusaha bangkit dan membangun negara pasca revolusi. Namun pembangunan masih terfokus di Pulau Jawa. Hal ini menimbulkan kecemburuan dari daerah-daerah di luar Pulau Jawa yang sebenarnya memberikan kontribusi terhadap keuangan negara, namun kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Ketimpangan dan perbedaan pendapat dalam hubungan antara pusat dan daerah menimbulkan konflik dan pemberontakan lokal, misalnya dalam kasus PRRI/Permesta. Selain itu, periode ini ditandai dengan perbedaan kekuasaan dan ideologi yang meresahkan situasi politik dan berujung pada konflik dan pemberontakan.

4. Tidak ada pengajaran di sekolah-sekolah Belanda sejak tahun ajaran 1951 setelah berlakunya Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran tahun 1950.

Kunci Jawaban:

Setelah berakhirnya Revolusi Nasional dan pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, pemerintah Indonesia berusaha mengatur seluruh aspek nasionalisme, termasuk pendidikan. Pada periode ini, pemerintah berusaha menyelenggarakan pendidikan dengan gaya nasional dan tradisi budaya Indonesia serta menghilangkan pengaruh kolonial. Oleh karena itu, Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran tahun 1950 menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar yang digunakan di sekolah, dan mulai tahun 1951 bahasa Belanda tidak lagi diajarkan di sekolah-sekolah Indonesia.

5. G30S/PKI merupakan peristiwa kontroversial dalam sejarah Indonesia. Bagaimana cara Anda menyelesaikan perselisihan seperti itu?

Kunci Jawaban:

G30S/PKI telah menimbulkan kontroversi di kalangan sejarawan karena perbedaan penafsiran dan subjektivitas. Dalam menjawabnya, Kita harus berpikir kritis dan membandingkan versi yang satu dengan versi yang lain, menelaah sumber-sumber yang digunakan dan pendapat-pendapat dari berbagai versi. Dengan cara ini kita memperoleh sudut pandang dan pengetahuan yang lebih luas serta sigap memahami sejarah.

*) Disclaimer: Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anaknya.

Sebelum melihat kunci jawabannya, sebaiknya siswa menjawabnya terlebih dahulu dan menggunakan artikel ini untuk mengoreksi pekerjaan siswa.

(Tribunnews.com/Latifah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *