TRIBUNNEWS.COM, BEKASI – Keluarga pelajar sangat bersyukur setelah tujuh jenazah ditemukan di Kali Bekasi di Jatiasi, Kota Bekasi, Jawa Barat, akhir pekan lalu.
Pemuda yang enggan disebutkan namanya itu selamat setelah terjatuh sekitar 6 meter ke Sungai Bekasi saat berusaha diselamatkan.
Sebut saja siswa X. Dia pertama kali mengatakan, remaja berusia 16 tahun itu berada di jalan layang Sipendwa di Bekasi menjelang subuh pada Sabtu (21/9). Lalu tiba-tiba ponselku bergetar karena aku mendapat pesan dari salah satu temanku di grup.
Pesan tersebut antara lain ajakan nongkrong di kedai kopi di Jalan Satopati, Bojong Menteng, Rawarumbu, Kota Bekasi.
Merasa tidak ada pekerjaan malam itu, setelah sekitar 10 menit, X akhirnya sampai di sebuah pedagang kaki lima yang terbuat dari bambu dan kayu di bawah pohon sakura. Saat berada di sana, dia mengaku memarkir puluhan sepeda motor di depan toko.
Dalam kondisi minim cahaya, pemuda itu mengaku, dini hari ia melihat banyak anak muda berbincang di sofa teras toko yang tutup.
Sebenarnya tempat yang berada di kawasan RT 5 RW 4 jauh dari pemukiman warga. Ada beberapa pabrik di sisi kiri jalan dan hanya ada semak belukar di sisi kanan jalan. Hanya ada sekitar tujuh lampu jalan di sepanjang jalan yang jaraknya lebih dari satu kilometer dari jalan utama.
X yang baru sampai di toko melihat beberapa senjata tajam tergeletak di bawah bangku panjang. Kemudian muncul pertanyaan di benaknya, di mana letak senjata tajam yang menurutnya digunakan dalam pertempuran jarak dekat itu.
“Saya kaget (melihat senjata tajam) dan bertanya kepada teman saya, ‘Apakah ini akan ada perkelahian?’” Saat ditemui X, Selasa (24/9/2024), dia berkata, “Saya tidak tahu.”
Pikiran ini hilang ketika X sedang berbicara dengan temannya. Sekitar 15 menit kemudian, suasana sepi di dalam kantin menjadi riuh dan seluruh anak muda bubar. Di sisi kiri toko, muncul beberapa anggota Satgas Patroli Presisi Metro Bekasi yang mengetahui keberadaannya dan berusaha membubarkan.
Kemudian para pemuda itu berlari secara acak. X dan rombongan berlari ke belakang toko yang banyak terdapat pohon pisang. Warung Kali Bekasi jaraknya sekitar 10 meter.
Karena ruangannya sangat kecil, para pemuda saling dorong agar tidak tertangkap polisi. X pun mengaku sempat terjatuh sedikit, terguling dan terjatuh ke sungai.
“Jadi anak itu sudah ada di sungai,” kata ibu yang menemaninya. “Mereka mendorong saya dan saya jatuh ke air (sungai),” ujarnya.
Setelah terjatuh, X yang pandai berenang berhasil sampai ke tengah sungai dan berhasil sampai ke seberang. Namun apa daya, puluhan orang lain yang dilihatnya menceburkan diri ke sungai ini, terus menerus menarik pakaian dan tubuhnya, mengira tidak bisa berenang.
Selama melakukan foya-foya, X mengaku beberapa kali tenggelam hingga harus meminum air sungai berwarna coklat. Bosan diseret sekian lama, akhirnya X memutuskan untuk kembali mendarat dan menaiki perahu Getek.
“Setelah sekitar lima menit, saya merasa seperti berada di sana (berenang), saya tidak tahan lagi, jadi saya kembali ke tanah,” jelasnya.
Akhirnya X dan sejumlah orang lainnya ditangkap dan dibawa ke Polsek Bantar Gebang untuk diperiksa. Untung saja dia dibebaskan, karena dia belum membuktikan keinginannya untuk berperang, dan dia tidak memiliki senjata tajam. Ketakutan ibu
Sementara itu, sang ibu juga bercerita bahwa dirinya dan suaminya panik setelah mendengar kabar ditemukannya tujuh jenazah di Sungai Bekasi di Kota Jatiya, Kota Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 9 (22). Ia mendengarnya dari nelayan yang sering berkunjung ke rumahnya.
Kepanikannya beralasan karena putranya masih belum pulang ke rumah setelah meminta izin bermain pada Jumat (20/9). Sebelum mendengar jenazahnya ditemukan, ibu X menelepon teman putranya untuk mencari tahu keberadaan X, namun tidak berhasil.
Saat saya temukan (jenazah) pada hari Minggu, seorang penjual ikan yang lewat, saya malu dan bingung karena dia belum juga pulang.
Namun akhirnya ia mendengar kabar baik tentang kesehatan anak tersebut dan segera membawa anak tersebut ke kantor polisi.
Polisi berkata: Selama penyelidikan polisi, ditemukan sekitar 60 orang berkumpul di toko dan terlibat perkelahian. Orang-orang dari kelompok yang berbeda pertama-tama berkumpul dan kemudian menemukan lawan secara acak.
“Ada kelompok di sini yang hendak melakukan perlawanan, antara lain Jatisih, Mostika Jaya, dan Bantij dari Rawalumbu,” kata Kapolsek Rawalumbu Kompel Sukadi kepada wartawan.
Saat para pemuda sedang berkumpul, tim patroli perbatasan yang presisi tiba sekitar pukul 03.00 WIB. Hal ini menyebabkan banyak orang lari ketakutan dan ada pula yang menceburkan diri ke sungai.
Ia mengatakan: “Setelah tim tiba pada pukul 3 pagi, anak-anak pasti merasa bersalah dan ada di antara mereka yang memegang senjata tajam, namun akhirnya mereka bubar dan melompat ke sungai untuk mencari keselamatan.”
Informasi mengenai pelaku yang ditangkap dikumpulkan saat itu karena ada hari ulang tahun seseorang. Tapi ini hanya sebuah kode. “Itu (ulang tahun) sebenarnya hanya kode ingin mengumpulkan seseorang di tempat yang ditentukan,” ujarnya.
Puluhan orang telah ditangkap dalam insiden ini. Tiga di antaranya ditetapkan sebagai tersangka setelah ditemukannya senjata tajam. Ia berkata: “Banyak orang yang ditemukan di TKP membawa senjata tajam, namun tiga orang ditemukan membawa senjata tajam.” (jaringan tribond/abd/dud)