Upacara HUT ke-79 RI di IKN Bikin Pemilik Kos-kosan Hingga Rumah Kontrakan Ketiban ‘Durian Runtuh’

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Selesainya acara HUT ke-79 Republik Indonesia di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur, mendatangkan para pemilik bangunan tempat tinggal dan kontrakan.

Hal ini terjadi karena banyak hotel di pulau tersebut yang sudah dipesan dengan baik.

Saking banyaknya masyarakat yang mencari tempat tinggal, harga properti hunian dan sewa di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Passer Utara (PPU), Kalimantan Timur mengalami kenaikan.

Kenaikan harga ini berlaku mulai awal Juli 2024.

Harga sewa rumah atau guesthouse yang biasanya berkisar Rp300 ribu hingga Rp350 ribu per malam kini naik menjadi Rp400 ribu hingga Rp550 ribu per malam.

Sementara harga sewa apartemen residensial yang tadinya berkisar Rp3,5 juta per bulan, meningkat dari Rp5 juta menjadi Rp6 juta per bulan.

Wirawan (45), salah satu pemilik rumah di kawasan Sepaku provinsi itu, mengungkapkan kenaikan harga mulai terlihat pada akhir Juni lalu.

“Akhir Juni mulai meningkat, namun pada Juli kenaikannya merata di seluruh transaksi perumahan,” ujarnya seperti dilansir TribunKaltim, Rabu (31/7/2024).

Menurut dia, kenaikan harga tersebut disebabkan tingginya permintaan kamar dari pihak luar yang bekerja di perusahaan IKN.

“Karena banyak masyarakat yang mencari tempat tinggal, apalagi sekarang banyak pekerja IKN yang tidak mau tinggal di HPK (Perumahan Pekerja Konstruksi) di sana, saya tidak tahu kenapa mereka memilih menjauh,” jelasnya.

Namun kamar yang disediakan di kawasan Sepaku kosong, tidak ada alas tidur atau perabotan lainnya.

“Di dalam tidak ada apa-apa, jadi kalau mau di dalam rumah bawa tempat tidur sendiri. Listrik juga bisa beli. Air disediakan,” jelas Wirawan.

Ahmad (45), salah satu pemilik apartemen di Kecamatan Sepaku 4 mengungkapkan, apartemen yang disewanya tidak memiliki tempat untuk tidur.

“Ruang itu tidak termasuk tempat tidur, yang ada hanya ruangan kosong. Kalau kamar mandi di dalam, pakai air sumur,” ujarnya.

Ahmad menambahkan, banyak warga wilayah Sepaku yang bergantung pada air sumur karena jaringan air bersih PDAM tidak terdistribusi di wilayah tersebut.

“Di sini hampir semua warga menggunakan air sumur, karena jaringan PDAM tidak terdistribusi dengan baik, dan saya tidak tahu kenapa, tapi yang jelas ada pekerja yang bermain jaringan air, sepertinya begitu. ,” ujarnya sambil menunjuk jalur pekerja yang mengerjakan rel sepanjang jalan di Kecamatan Sepaku. .

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, sebagian warga akan membeli tempat penampungan air seharga Rp 100.000 untuk setiap 1000 kolam.

“Kalau sumur tidak mencukupi, kami beli air seharga Rp 100.000 per 1000 liter air,” tambah Ahmad.

Hal senada diungkapkan Listiawati (46), salah seorang pemilik usaha perumahan di Kecamatan Sepaku.

“Sejak awal Juli naik, rata-rata sekarang Rp550 hingga Rp600 per malam. Meski masih banyak masyarakat yang belum mendapatkannya,” ujarnya.

Ia menambahkan, sewa rumah sudah termasuk tempat tidur ber-AC dan kamar mandi.

Air yang aman untuk kebutuhan rumah diperoleh dari sumur gali.

Sewa rumah Rp 125 juta

Didin (53), salah satu pemilik rumah tinggal di Kecamatan Sepaku juga mengatakan, permintaan rumah tinggal masih sangat tinggi meski harganya sudah naik.

Didin mengatakan, “Harga rata-rata sekarang sudah tinggi (Rp 5 juta per bulan), dan banyak sekali masyarakat yang menginginkannya sehingga tidak mendapat banyak.”

Menurut Didin, mahalnya harga sewa disebabkan adanya kesepakatan antar pelaku usaha guest house.

“Sama saja karena di sini rata-rata sewanya seperti itu,” ujarnya. Selain perumahan, harga sewa di Sepaku juga mengalami kenaikan.

Mustamin (56), pemilik rumah kontrakan, mengatakan harga sewa selama satu tahun Rp 125 juta.

Rumah kontrakan merupakan rumah yang terbuat dari kayu ulin dengan model rumah sederhana yang akrab dengan debu pekerjaan seperti rumah-rumah lain di kawasan dekat jalan raya di Kecamatan Sepaku.

“Rumah kayu biasa, seperti rumah pada umumnya di sini, masih berupa rumah panggung. Kalau direnovasi menjadi rumah tembok, harganya lebih dari itu (Rp 125 juta per tahun),” ujarnya. 54 kamar telah dipesan di hotel

Ketua Badan Pengurus (BPC) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) PPU Sandri Ernamurti membenarkan, tingginya permintaan akomodasi di Sepaku, bahkan di Kabupaten Penajam Passer Utara (PPU).

Kehadiran hotel di PPU juga terdampak, akibat pelaksanaan Hari Kemerdekaan RI ke-79 di Ibu Kota Negara (IKN).

Hotel-hotel dan wisma sudah penuh pelanggan, jauh sebelum festival digelar di ibu kota baru.

Rata-rata pelanggan tersebut berasal dari luar daerah, khususnya Jakarta. Sandri Ernamurti mengatakan, bahkan ada beberapa hotel yang kamarnya sudah dipakai dan aturannya tamu yang akan pergi ke pesta nanti.

“Pengunjung sebagian besar akan menghadiri perayaan HUT Kemerdekaan di IKN,” ujarnya.

Sandri mengatakan, masa sewanya mulai 15 hingga 19 Agustus 2024. Setidaknya ada 10 restoran dan hotel di PPU yang ramai dikunjungi pelanggan, terutama dari Kementerian.

Lanjutnya, “Itulah yang banyak didatangi calon pengunjung dari Jakarta.”

Jika ada pemesanan kamar hotel dalam jumlah besar di PPU, maka jelas hotel dan restoran di Kecamatan Sepaku akan penuh.

Menurut Direktur Wilayah Sepaku, Gamaliel Abimanyu Arlindito, hingga saat ini pihak Dinas juga sudah meminta untuk dicarikan hotel yang bisa disewa di IKN Sepaku, namun kini sudah tidak ada lagi.

Menurut informasi setempat, ada 54 hotel di Sepaku, dan semua kamar berbayar.

“Kami tidak melihat ada ruangan kosong pada Agustus 2024,” jelasnya. Tidak hanya itu, banyak departemen yang memiliki ruangan, dan beberapa di antaranya membayar untuk seluruh bulan Agustus.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *