Derita Dokter Aulia Ikut PPDS Undip Disebut Asah Mental, Ibunya Masygul: Saya Didik Dia Lemah Lembut

TRIBUNNNEWS.COM – Nuzmatun Malinah, ibunda dr Aulia Risma sangat sedih. Meninggalnya putrinya masih menyisakan kesedihan yang mendalam.

Dokter Aulia Risma diduga menjadi korban perundungan saat mengikuti Program Pelatihan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip).

Bahkan, karena kematian putrinya, kesehatan sang suami semakin memburuk hingga kematiannya.

Kini Nuzmatun mencari keadilan bagi dua orang yang dicintainya.

“Tolong bantu aku mencari keadilan. Bukan hanya nyawa tapi suamiku yang seharusnya berada di sisiku sudah tidak ada lagi, tolong bantu aku mencari keadilan. Ya Tuhan, tolong Tuhan,” isak Nuzmatun, seperti dikutip Kompas.com.

Nuzmatun mengungkapkan, Aulia kerap ditegur dan disuruh bekerja nonstop di RS Dokter Kariadi hingga kelelahan.

Suatu ketika, karena kelelahan, Aulia mengalami kecelakaan dan terjatuh ke dalam selokan. Itu terjadi pada 25 Agustus 2022.

Nuzmatun berkata: “Dia mengantuk sekali hingga terjatuh ke dalam parit, hingga ia sadar, di tengah malam, hingga ia terbangun sendirian, apa yang terjadi, ia merasakan sakit seperti apa.” Nuzmatun Malinah tak kuasa menahan air mata kesedihannya. Ibunda dr Aulia Risma Lestari blak-blakan menuntut keadilan dalam kasus pelecehan mendiang putranya (Kolase/Tribun Jateng)

Akibat kecelakaan itu, kaki dan punggung Aulia mengalami nyeri. Dia harus dioperasi dua kali pada tahun 2023 dan 2024. 

Sejak pertama kali bergabung dengan PPDS Anestesi Undip pada tahun 2022 lalu, ia mendengar dari Aulia bahwa para mahasiswa PPDS harus mempersiapkan OR secara lengkap pada pukul 0300 WIB.

“Jam 3 pagi harus di kamar. Semua peralatan sudah siap, kadang jam 02.30 begitu jadwalnya. Sampai pulang dari RS dan pingsan,” ujarnya.

Nuzmatun menemui Direktur Program Penelitian agar putrinya tidak terlalu lama dirawat di rumah sakit hingga kelelahan dan mengalami kejadian yang tidak diinginkan.

“(Ketua program penelitian) menjawab ke saya ‘itu latihan mental, mengobati banyak pasien yang berbeda-beda’. Saya bilang, apa tidak ada cara lain? Saya sudah berkali-kali menghadapinya tapi obatnya. Pengobatannya tetap sama, katanya. .

Nuzmatun juga mendengar cerita putrinya terus menerus dianiaya saat magang di RSUP Kariadi bersama mahasiswa PPDS anestesi lainnya.

“Meski biasanya saya membesarkan anak saya dengan cara yang baik dan lemah lembut, namun saat masuk PPDS, saya di didik dengan kata-kata yang kasar dan suara yang melengking, membuat anak saya ketakutan,” ujarnya.

Berkali-kali ia melaporkannya kepada Ketua Program namun jawaban yang diterimanya hingga akhir tetap sama. 

Sebelumnya diberitakan, Aulia merupakan mahasiswa Program Penelitian Anestesi PPDS Universitas Diponegoro yang ditemukan tewas pada Senin (12/8/2024) di kediamannya. 

Alhasil, Kementerian Kesehatan menghentikan program penelitian PPDS anestesi di RSUP Dr Kariadi Semarang setelah ditemukan adanya dugaan adanya perundungan di area penelitian almarhum.  

Namun Undip membantah adanya pelecehan yang terjadi terhadap mahasiswinya.

Setelah itu, ibu korban Nuzmatun Malinah, adik korban Nadia dan kuasa hukumnya melaporkan pada Rabu (9 April 2024) beberapa lansia yang dibius PPDS Undip ke Polda Jateng. 

 Mereka disebut terlibat dalam pemerasan, pengancaman, dan intimidasi terhadap korban. Keluarga membawa bukti chat, termasuk rekening korban. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *