Sosok Guru Asal Buton Sulawesi Tenggara, Menangis di Hadapan Paus Fransiskus, Bicara soal Toleransi

TRIBUNNEWS.COM – Seorang perempuan asal Buton, Sulawesi Tenggara, menarik perhatian publik dengan memberikan pidato kepada Paus Fransiskus.

Seorang guru perempuan berkesempatan memberikan pidato kepada pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia di Katedral Jakarta, Rabu (9 April 2024).

Dalam kesempatan itu, perempuan bernama Ana Nuraulia tak kuasa menahan haru hingga menitikkan air mata.

Bahkan, suaranya bergetar saat menyampaikan aspirasinya.

Terkadang dia berhenti dan berbicara perlahan.

Momen tersebut terjadi ketika Paus Fransiskus mengadakan pertemuan dengan gerakan pemuda global Scholas Occurrentes pada hari Rabu.

Ana adalah sukarelawan di Scholas Occurrentes, komunitas pemuda yang didirikan oleh Paus Fransiskus di Argentina pada tahun 2013.

Mari kita bicara tentang pendidikan dan toleransi

Dalam kesempatan tersebut Ana menampilkan dirinya sebagai dosen, pendidik anak, dan penyiar radio.

Ana menuturkan, ia telah mengambil peran sebanyak-banyaknya di segala aspek kehidupannya untuk mengisi dunia pendidikan dan menyebarkan pentingnya pendidikan.

“Hari ini bukan sekadar pengalaman bagi saya, tetapi sebuah transformasi yang tidak biasa: Saya mengunjungi katedral untuk pertama kali dalam hidup saya dan menjadi bagian darinya,” kata Ana sambil menangis.

Ana pun terharu dengan toleransi yang ada di Indonesia.

“Aneh, tapi di depan saya ada masjid (Istiklal), tempat saya biasa salat. Itu simbol toleransi ketika kita harus menghadapi perbedaan, dan kita adalah jembatannya,” ujarnya.

Ia mengaku belajar toleransi melalui agamanya, yakni Islam. Di Scholas, ia belajar tentang toleransi.

“Para ilmuwan dalam program pedagoginya mengajari saya melihat dunia dari pinggir jalan, penduduk kota yang miskin, anak-anak yang harus sekolah (menangis), dan mereka harus disekolahkan,” kata Ana.

Ana menjelaskan, Scholas mengajarkan masyarakat yang memiliki harta benda untuk hidup tanpa hanya memikirkan diri sendiri.

“Sebagai guru, saya memandang kurikulum harus mempunyai visi dan misi yang sama dengan kebebasan belajar,” ujarnya.

Oleh karena itu, Ana menegaskan, Indonesia membutuhkan kelompok kerja seperti ilmuwan dan koordinator untuk menciptakan generasi yang tidak hanya pintar tapi juga bahagia.

Di akhir pesannya, Ana mengajak Paus Fransiskus untuk mendengarkan dua anak yang akan mencerminkan suara hati mereka.

Hal ini merupakan bagian dari upaya memperkuat jembatan toleransi dan saling pengertian antar budaya dan agama.

Informasinya, Paus Fransiskus berada di Indonesia pada Selasa (9 Maret 2024) lalu.

Pesawat yang membawa Paus Fransiskus dan rombongan mendarat di Bandara Sukarno Hatta, Tangerang pukul 11.26 WIB.

Paus Fransiskus dan rombongan tiba dengan pesawat ITA Airways berwarna biru.

Paus Fransiskus bertemu dengan Jokowi dan tokoh agama 

Pada hari kedua kunjungannya di Indonesia, Rabu (9 April 2024), Paus Fransiskus bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan Jakarta. 

Paus Fransiskus tiba di istana sekitar pukul 09:38 WIB.

Tercatat, beberapa anak menyambut gembira Paus Fransiskus.

Apalagi Paus bahkan menyapa beberapa orang yang menyambutnya. Paus Fransiskus memberi isyarat saat berpidato di Grahu Pemuda Youth Center di Jakarta pada 4 September 2024. (AFP/TATAN SYUFLANA)

Tak lama kemudian, Paus Fransiskus bertemu dengan Jokowi dan menjabat tangannya.

Kemudian mereka berdua memasuki halaman istana untuk mengikuti upacara kenegaraan.

Selain itu, Paus Fransiskus mengunjungi Katedral Jakarta pada pukul 16.00 waktu setempat sebelum acara berakhir.

Pada hari ketiga, Kamis (9 Mei 2024), Paus Fransiskus akan mengunjungi Masjid Istiklal pada pukul 08.30 WIB hingga selesai.

Paus Fransiskus selanjutnya akan menggelar Misa akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Fersianus Waku, Kompas.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *