Houthi kembali menembak jatuh MQ-9 AS di Al Bayda Yaman, total 5 drone senilai Rp 2,5 triliun
TRIBUNNEWS.COM – Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) yang terkait secara militer dengan kelompok Ansarallah (Houthi), Yahya Saree, mengatakan pihaknya kembali menembak jatuh drone MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat ( KITA).
Kali ini, sebuah drone canggih yang sangat mahal ditembak jatuh di wilayah udara provinsi Al Bayda.
Saree mengatakan dalam keterangannya, Selasa (21/5/2024) sejauh ini mereka telah berhasil menembak jatuh 5 drone jenis tersebut di Amerika Serikat.
Sebagai referensi, satu drone MQ-9 Reaper saat ini dibanderol dengan harga sekitar USD 32 juta (Rp 499,44 miliar).
Artinya, Houthi mengklaim telah menghancurkan total aset AS senilai Rp 2,5 triliun hanya untuk drone jenis ini sejak mereka melakukan blokade Laut Merah pada Oktober 2023.
Yahya Saree menambahkan bahwa Houthi akan melanjutkan operasi mereka sampai blokade Israel terhadap rakyat Palestina dicabut dan agresi terhadap Gaza benar-benar dihentikan. Roket buatan lokal Yaman
Sebelumnya, YAF pada Kamis (16/5/2024) pekan lalu menyatakan pertahanan udaranya menembak jatuh drone MQ-9 milik Amerika Serikat di wilayah udara Provinsi Marib di Yaman.
Pada saat itu, Yahya Saree mengatakan drone tersebut menargetkan rudal permukaan-ke-udara buatan lokal saat melakukan “aktivitas permusuhan”.
Brigjen Yahya Saree menambahkan, foto penembakan tersebut akan dirilis kemudian.
Menurut Saree, ini adalah pesawat keempat yang ditembak jatuh oleh pertahanan udara Yaman sejak dimulainya operasi mendukung Gaza.
Serangan terbaru menunjukkan bahwa Houthi telah menembak jatuh setidaknya dua drone MQ-9 Reaper AS di wilayah udara Yaman selama lima hari terakhir.
Juru bicara tersebut menekankan kewaspadaan penuh dan kesiapsiagaan angkatan bersenjata Yaman di semua tingkatan dan bersumpah bahwa semua upaya musuh pasti akan gagal.
Pengguna media sosial telah berbagi video drone MQ-9 yang ditembak jatuh di Marib oleh angkatan bersenjata Yaman. Kapal perusak berpeluru kendali USS Mason berlayar bersama kapal perusak Jepang Akebono di Teluk Aden, 25 November 2023. USS Mason dikerahkan ke wilayah operasi Armada ke-5 AS untuk mendukung keamanan dan stabilitas maritim di Timur Tengah . (Departemen Pertahanan AS) Serangan terhadap kapal perusak USS Mason
Pada hari Rabu, Saree mengumumkan operasi angkatan laut Yaman yang menargetkan kapal perusak AS USS Mason di Laut Merah dengan beberapa rudal anti-kapal.
Yahya Saree juga menyebutkan bahwa angkatan laut dan rudal Yaman melakukan operasi gabungan terhadap kapal Destiny di Laut Merah, mengklaim bahwa serangan tersebut langsung mengenai sasaran.
Serangan itu terjadi setelah kapal tersebut melanggar larangan pada 20 April terhadap kapal Israel atau tujuan Israel.
Pengumuman tersebut muncul setelah Saree pada hari Senin mengkonfirmasi dimulainya fase keempat kemajuan melawan pendudukan Israel, dengan mengatakan bahwa operasi besar akan segera dilakukan sebagai bagian dari fase ini. Drone MQ-9 Reaper (foto oleh Staf Sersan Brian Ferguson / Angkatan Udara AS) Spesifikasi drone MQ-9 Reaper
CNBC, mengutip Guardian, melaporkan pada Jumat (17/3/2023) bahwa drone MQ-9 Reaper merupakan drone berukuran besar tanpa awak yang diproduksi oleh General Atomics.
Drone tempur ini dikendalikan dari jarak jauh oleh dua orang.
Satu orang bertindak sebagai pilot dan yang lainnya mengoperasikan sensor dan senjata.
MQ-9 Reaper memiliki panjang 11 meter, dan lebar sayap lebih dari 22 meter.
Drone canggih ini mampu terbang lebih dari 27 jam dengan kecepatan hingga 480 kilometer per jam.
Drone MQ-9 Reaper dapat terbang hingga 15 kilometer dan melayang di sekitar sasaran sehingga cocok untuk pengintaian.
Harganya pun sangat mahal, 1 unit MQ-9 Reaper terdiri dari 4 drone dibanderol hingga USD 56,5 juta (Rp 869 miliar).
Angkatan Udara AS mengatakan fungsi utama MQ-9 Reaper adalah mengumpulkan intelijen sekaligus mampu menyerang sasaran dengan tepat.
Drone ini mampu membawa hingga 16 rudal Hellfire yang mematikan, sama kapasitasnya dengan helikopter serang Apache.
Penggunaan drone semacam itu telah menjadi rutinitas militer AS sejak tahun 1995, ketika pendahulu Reaper, Predator, digunakan untuk mendukung serangan NATO di Serbia.
Predator juga banyak digunakan dalam perang di Irak dan Afghanistan, di mana serangan mereka terkadang menimbulkan korban sipil.
Predator dihentikan secara bertahap pada tahun 2017, digantikan oleh MQ-9 Reaper, yang menjadi drone utama Angkatan Udara AS.
(oln/khbrn/almydn/cnbc/tgrdn/*)