TRIBUNNEWS.COM – Update terkini hasil konflik pemain tunggal papan atas Korea Selatan An Se-young dengan Federasi Bulu Tangkis Korea (BKA), Rabu (11/9/2024).
Pernyataan keras An Se-young kepada Asosiasi Bulu Tangkis Korea (BKA) tentang cederanya usai meraih medali emas di Olimpiade Paris 2024 masih bertahan lama.
Pemerintah Korea melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga turun tangan untuk menyelesaikan konflik tersebut dan membuka penyelidikan pada Agustus 2024.
Hasil investigasi Kementerian Pemuda dan Olahraga Korea terhadap BKA resmi dipublikasikan hari ini, Rabu (9 November 2024), mengungkap dugaan korupsi di kalangan pejabat BKA dalam beberapa tahun terakhir.
Media Korea pun langsung menyebut nama An Se-young karena Asosiasi Bulu Tangkis Korea (BKA) dinilai memiliki kejanggalan dalam kepemimpinannya. Kepada Se-young (Korea), tunggal putri peringkat 1 dunia, saat merayakan kemenangannya atas Akane Yamaguchi (Jepang) di perempat final Olimpiade Paris 2024 (Instagram @official_bka)
“Pada akhirnya, An Se-young benar. Federasi bulutangkis melakukan kesalahan dan bahkan merampas uang sponsor pemain,” tulis media Korea di headline-nya.
Naver merangkum, hasil pemeriksaan Kemenpora di BKA menunjukkan adanya kericuhan di berbagai aspek yang merugikan atlet.
Tak hanya korupsi, Kemenpora menyebut ada kisruh keuangan di BKA tanpa dokumen resmi dan jelas.
Hal ini menghasilkan peringkat tertinggi hingga saat ini di Asosiasi Bulutangkis Korea.
Dijelaskan, Kemenpora, Ketua BKA Kim Taekkyu, dan Ketua Panitia Promosi mengadakan kontrak tidak tertulis untuk mengambil keuntungan dari pembelian ayam dan kebutuhan lainnya dari sponsor tanpa sepengetahuan staf.
Uang yang diterima sebesar 150 juta won atau sekitar Rp 1,7 miliar, seluruh kegiatan dari dana tersebut tidak dicatat dalam keuangan BKA.
BKA juga menerima uang sebesar 140 juta won atau sekitar Rp 1,6 miliar dari sponsor. Namun, uang tersebut disalurkan tanpa prosedur dan dokumen yang jelas dan resmi.
Bahkan, tidak lazim barang-barang yang diperoleh BKA justru dijadikan oleh-oleh dalam pertemuan-pertemuan tersebut.
Padahal, barang yang diterima dari sponsor harus menjadi milik atlet untuk memenuhi kebutuhannya.
Kesalahan BKA lainnya yang ditemukan Kementerian Pemuda dan Olahraga adalah alokasi dana sebesar 4,2 miliar won (Rs 48 miliar) untuk kegiatannya.
Namun lebih dari separuh dana tersebut sebenarnya akan digunakan oleh pejabat senior untuk membeli barang-barang penting dengan kontrak swasta mulai tahun 2022.
Untuk menghindari tuntutan hukum, pejabat senior membayar seorang akuntan sebesar 16 juta won (Rs184 juta) untuk menangani akuntansi sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
Aksi lucu petinggi BKA lainnya adalah pihak manajemen justru mendapat keuntungan 10 persen saat berhasil mendapatkan sponsor.
Padahal, karena aturan, pejabat tinggi tidak berhak mendapat uang jika berhasil menggaet sponsor.
Terakhir, BKA diduga mengubah aturan secara sepihak. Diketahui An Se-young cs berhak mendapatkan 20 persen uang sponsorship.
Namun aturan tersebut dicabut oleh pejabat senior tanpa memberi tahu para atlet.
Akibat kisruh di lingkungan BKA yang diketahui setelah dilakukan penyelidikan oleh Kemenpora, penyelidikan terus dilakukan.
Kabarnya, Kementerian Pemuda dan Olahraga akan melakukan investigasi lagi dan mengumumkan hasilnya pada akhir September 2024.
Bisa dikatakan, dengan hasil tersebut setidaknya ada secercah harapan terkait intrik yang terjadi antara An Se-young dan BKA sejak Agustus 2024.
Ada manfaat yang bisa diperoleh dari hasil ini yang akan memberikan momentum bagi para atlet.
Dimana Kemenpora memberikan imbauan kekinian kepada jajaran atlet meski ada aturan ketat dari BKA sebelumnya.
Saran-saran tersebut adalah; Pemain mempunyai hak untuk menggunakan (atau tidak menggunakan) barang yang disponsori, pemain latihan asing dapat mengikuti kejuaraan internasional, dan sanksi terkait pemilihan atlet untuk membela tim nasional dihapuskan.
(Tribunnews.com/Niken)