Dilansir reporter Tribune.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – “Bergerak Bersama, Terus Belajar Gratis” ditetapkan sebagai tema utama Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada 2 Mei 2024 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam pedoman yang dikeluarkan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengusulkan agar semua organisasi menciptakan kegiatan-kegiatan menyenangkan untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional yang akan mendorong pembelajaran dan partisipasi masyarakat.
Hal ini dilakukan Aruna bersama Yayasan Maritim dengan memberikan bantuan perlengkapan sekolah dan mendonasikan ilmu pengetahuan umum, kitab agama dan legenda ke puluhan titik operasi Aruna.
Sementara itu, dari Aceh, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, hingga Papua, puluhan tempat donasi perlengkapan sekolah dan buku telah tersebar di seluruh tanah air.
“Kalau bukan anak-anak laut yang kelak akan mengelola laut kita, siapkan mereka menjadi Warisan untuk mengelola laut kita lebih baik lagi dengan langkah-langkah sederhana dan praktis. Konsep keberlanjutan atau lebih praktis,” kata Co-founder dan Chief Sustainability Officer (CSO) Aruna, Yutari Octavianti melalui keterangan tertulis, Minggu (5/5/2024).
“Tapi itu semua bermula dari kemampuan menulisnya. Di usianya yang sudah lanjut, dengan dukungan hal-hal sederhana seperti itu, mudah-mudahan mereka mau belajar dan belajar tentang berbagai hal. Hal-hal baik yang masih belum mereka ketahui,” tambah Utari.
Donasi ini ditujukan untuk menunjang kebutuhan pendidikan lebih dari 500 anak pesisir dari keluarga kurang mampu secara ekonomi.
Pembukaan pertemuan ini dilaksanakan di Desa Muara Gading Mas, Labuhan Maringgai, Lampung.
Pak Wahyono, Kepala Desa Muara Gading mengatakan “Hal ini membuat saya teringat akan tiga slogan yang digunakan dalam sistem pendidikan Indonesia”.
Rehabilitasi nelayan dan masyarakat pesisir merupakan langkah penting dan strategis untuk menjawab tantangan masa depan.
Misalnya saja di Papua, hanya 36,1 persen siswa Sekolah Dasar 3 yang memiliki kemampuan membaca yang memadai.