Takut Diamuk Pendemo Israel, Netanyahu Kirim Permintaan Maaf, Menyesal Gagal Bebaskan Sandera

TRIBUNNEWS.

Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan dia meminta maaf karena gagal menyelamatkan enam sandera yang ditemukan tewas di sebuah selokan di Gaza selatan.

“Saya minta maaf karena tidak bisa hidup,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan kepada NYPost.

“Kami hendak melakukannya, tapi ternyata tidak. Hamanya akan membayar mahal untuk hal ini,” tambah Netanyahu.

Tak hanya menyampaikan permintaan maaf, Netanyahu juga meminta maaf kepada keluarga sandera.

Dia menyesal tidak memenuhi kewajibannya, dan mengembalikan enam sandera yang disandera oleh pejuang Hamas.

Daftar enam sandera tersebut antara lain Hersh Goldberg-Polin, Ori Danino, Alex Lobanov, Carmel Gat, Eden Yerushalmi, dan Almog Sarusi.

Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu menjelaskan bahwa keenam sandera tersebut tewas karena Hamas menembak bagian belakang kepala mereka.

Dia menjelaskan: “Para pembunuh ini membunuh enam orang tuan rumah kami, menembak mereka di bagian belakang kepala.” Rakyat Israel memprotes

Sebelum enam sandera Israel ditemukan tewas di selokan Rafah, diperkirakan 700.000 warga Israel turun ke jalan.

Puluhan ribu orang mulai memprotes pemerintahan Netanyahu atas kematian enam sandera Hamas di Gaza.

Tak hanya mengecam Netanyahu, aksi ini juga meminta pemerintah Israel segera melakukan pembicaraan dengan Hamas terkait pembebasan sandera Israel.

Warga Israel yang marah atas perilaku sembrono Netanyahu memblokir jalan-jalan di Tel Aviv dan berdemonstrasi di luar kantor Netanyahu di Yerusalem Barat.

Protes tersebut merupakan demonstrasi anti-pemerintah terbesar di Israel sejak perang Gaza dimulai hampir 11 bulan lalu.

Kerumunan yang beringas bahkan mendorong warga Israel di Tel Aviv untuk melakukan protes nasional terhadap pemerintahan Netanyahu atas kematian enam sandera yang ditahan oleh Hamas.

Sementara itu, untuk pertama kalinya, serikat buruh terbesar Israel, Histadrut, menyerukan pemogokan umum untuk memaksa pemerintah menandatangani perjanjian gencatan senjata.

Serikat Pekerja Bandara Ben Gurion, serikat transportasi udara utama Israel, juga melakukan hal serupa.

Mereka mengancam akan menghentikan operasional penerbangan mulai Senin pukul 08.00 waktu setempat hingga jangka waktu yang tidak ditentukan.

Langkah ini bertujuan untuk menutup atau mengganggu sektor-sektor utama perekonomian Israel, termasuk perbankan dan layanan kesehatan.

Selain itu, layanan kota di pusat ekonomi Israel, Tel Aviv, juga akan ditutup mulai Senin lalu.

“Tanpa kembalinya para sandera, kita tidak akan bisa menghentikan perang, kita tidak akan bisa membangun kembali diri kita sebagai masyarakat dan kita tidak akan bisa mulai memulihkan perekonomian Israel,” kata pemimpin organisasi tersebut. , Ron Tomer. Popularitas Netanyahu di Israel sedang menurun

Sejak protes dimulai, survei yang dilakukan oleh Channel 12 Israel menunjukkan bahwa sebagian besar warga Israel menganggap cara Netanyahu dalam menangani situasi bersama dengan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Yoav Gallant lemah selama perang.

Karena itu, popularitas Netanyahu di Israel mulai menurun.

Dalam survei yang dilakukan majalah Maariv pada 18-19 Oktober, Benjamin Netanyahu kalah kompetitif dibandingkan mantan menteri pertahanan Benny Gantz, “Netanyahu akan mengundurkan diri. Serta militer, intelijen dan perwira senior GSS (biro intelijen). Karena mereka gagal,” tulis surat kabar harian Israel Hayom. (Tribunnews.com/Namira Yunia)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *